Translate

Sunday 7 December 2014

Perkembangan Peserta Didik


Perkembangan Peserta Didik




MODUL I
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK


KB 1. Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan
A. Pengertian Pertumbuhan
Adalah perubahan yang terjadi pada setiap manusia terutama berkaitan dengan fisiknya. Vasta (1992) mengemukakan bahwa panjang bayu menjadi hampir dua kali pada usia 4 tahun.
B. Pengertian Perkembangan
Santrok dan Yussen (1992), perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus selama siklus kehidupan.
Isu-isu yang ditelaah tentang perkembangan; Nature dan nurture, yang mempertanyakan tentang penyebab atau sumber terjadinya perubahan dalam perkembangan itu dibawa sejak lahir atau karena pengaruh lingkungan. Continuity dan disontinuity, isu yang mempertanyakan apakah pola perkembangan itu menetap? Apakah karakteristik terdahulu dapat memperkirakan karakteristik berikutnya. Normative dan idiographic, yang mempertanyakan dan membicarakan bahwa perkembangan itu didasari oleh proses internal biologis yang terjadi secara umum dan bahwa perkembangan berlangsung dari suati langkah ke langkah berikutnya (normatif) atau berpusat pada seorang individu anak yang berbeda dari anak lainnya (Vasta, 1992).
C. Proses Perkembangan
Beberapa hal yang mendasari proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik:
1. Masa perkembangan yang cepat
2. Pengaruh yang lama
Bahwa peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman pada tahun-tahun awal memberikan pengaruh yang lama dan kuat terhadap perkembangan individu pada masa-masa berikutnya.
3. Proses yang kompleks
4. Nilai yang diterapkan
5. Masalah yang menarik
Kecerdasan dan temperamen merupakan aspek-aspek yang paling banyak ditelaah yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik)
Kecerdasan
Arthur Jensen (1969), kecerdasan itu diwariskan (diturunkan).
Menurut Jensen pengaruh keturunan terhadap kecerdasan sebesar 80%.
Temperamen
Adalah gaya perilaku karakteristik individu dalam merespon.
Tipe dasar temperamen (Thomas & Chess, 1991)
1) Anak yang mudah umumnya mempunyai suasana hati yang positif dan dapat dengan cepat membentuk kebiasaan yang teratur.
2) Anak yang sulit cenderung untuk beraksi secara negatif serta sering menangis dan lambat menerima pengalaman baru.
3) Anak yang lambat untuk dibangkitkan mempunyai tingkat kegiatan yang rendah, kadang negatif, dan penyesuaian diri yang rendah dengan lingkungan atau pengalaman baru.
D. Fase-fase Perkembangan
Dalam perkembangan terdapat pertumbuhan. Pola gerakan itu kompleks karena merupakan hasil (produk) dari beberapa proses, yaitu proses biologis (perubahan fisik individu), proses kognitif (perubahan yang terjadi pada individu mengenai pemikiran, kecerdasan dan bahasa), proses sosial (perubahan yang terjadi dalam hubungan individu dengan orang lain, perubahan dalam emosi dan perubahan dalam kepribadian).
Untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase. Santrok dan Yussen membaginya atas lima fase:
1. Fase pranatal (saat dalam kandungan)
2. Fase bayi, fase yang berlangsung sejak lahir sampai 18 atau 24 bln
3. Fase kanak-kanak awal, fase yang berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang disebut masa pra sekolah.
4. Fase kanak-kanak tengah dan akhir, fase sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun, sama dengan masa usia sekolah dasar.
5. Fase remaja, transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa awal, yang dimulai kira-kira umur 10 sampai 12 tahun dan berakhir kira-kira umur 18 sampai 22 thn.
Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri dari tahap:
Trust vs Mistrust/kepercayaan dasar (0;0-1;0)
Bayi yang kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan bicara, akan tumbuh perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman.
Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi (1;0-3;0)
Dimensi autonomy ini timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental anak. Pada masa ini anak bukan hanya berjalan, tetapi juga memanjat, menutup-membuka, menjatuhkan, menarik dan mendorong, memegang dan melepaskan.
Initiatives vs Guilt/Inisiatif (3;0-5;0)
Anak sudah menguasai badan dan geraknya. Ia dapat mengendarai sepeda roda tiga, dapat lari, memukul atau memotong.
Industry vs Inferiority/Produktivitas (6;0-11;0)
Anak mulai berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut peraturan yang ada. Dimensi psikososial yang muncul pada masa ini adalah sense of industry sense of inferiority.
Identity vs Role Confusion/Identitas (12;0-18;0)
Anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. Ia mempunyai perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan tubuhnya.
Intimacy vs Isolation (19;0-25;0)
Kemampuan untuk berbagi rasa dan memperhatikan orang lain.
Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut (25;0-45;0)
Berarti bahwa orang mulai memikirkan tentang orang lain di luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat generasi itu hidup.
Integrity vs Despair/Integritas (45;0…)
Usaha-usaha yang pokok pada individu sudah mendekati kelengkapan, dan merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan dengan cucu-cucu.
Piaget mengemukakan proses perkembangan anak sampai mampu berpikir seperti orang dewasa melalui tahap perkembangan:
Tahap sensori motor (0;0-2;0)
Kegiatan intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup gejala yang diterima secara langsung melalui indra.
Tahap praoperasional (2;0-7;0)
Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang dipergunakan untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya.
Tahap operasional konkret (7;0-11;0)
Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah.
Tahap operasional formal (11;-15;0)
Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara berpikir terhadap permasalahan dari semua kategori, baik yang abstrak maupun konkret.
Tugas perkembangan menurut Robert J. Harvighust adalah sebagian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu, yang merupakan keberhasilan yang dapat memberikan kebahagiaan serta memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan pada masa kanak-kanak:
1) belajar berjalan
2) belajar makan makanan padat
3) belajar mengendalikan gerakan badan
4) mempelajari peran yang sesuai dengan jenis kelaminnya
5) memperoleh stabilitas fisiologis
6) membentuk konsep-konsep sederhana tentang kenyataan sosial dan fisik
7) belajar menghubungkan diri secara emosional dengan orang tua, kakak, dan orang lain
8) belajar membedakan yang benar dan salah
Tugas perkembangan masa anak:
1) mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan tertentu
2) membentuk sikap tertentu terhadap diri sendiri sebagai organisasi sedang tumbuh
3) belajar bergaul secara rukun dengan teman sebaya
4) mempelajari peranan yang sesuai dengan jenis kelamin
5) membina keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
6) mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
7) membentuk kata hati, moralitas dan nilai-nilai
8) memperoleh kebebasan diri
9) mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial
Tugas perkembangan masa remaja:
1) memperoleh hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan yang sebaya dari kedua jenis kelamin
2) memperoleh peranan sosial dengan jenis kelamin individu
3) menerima fisik diri dan menggunakan badan secaa efektif
4) memperoleh kebebasan diri melepaskan ketergantungan diri dari orangtua
5) melakukan pemilihan dan persiapan untuk jabatan
6) memperoleh kebebasan ekonomi
7) persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
Tugas perkembangan masa dewasa awal:
1) memamilih pasangan hidup
2) belajar hidup dengan suami atau istri
3) memulai kehidupan berkeluarga
4) membimbing dan merawat anak
5) mengolah rumah tangga
6) memulai suatu jabatan
Tugas perkembangan masa setengah baya:
1) memperoleh tanggung jawab sosial dan warga negara
2) membangun dan mempertahankan standar ekonomi
3) membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa
4) membina kegiatan pengisi waktu senggang orang dewasa
5) membina hubungan dengan pasangan hidup sebagai pribadi
Tugas perkembangan orang tua:
1) menyesuaikan diri dengan menurunnya kesehatan dan kekuatan fisik
2) menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan menurunnya pendapatan
3) menyesuaikan diri terhadap meninggalnya suami/istri
4) menjalin hubungan dengan perkumpulan manusia usia lanjut
5) memenuhi kewajiban sosial dan sebagai warga negara
6) membangun kehidupan fisik yang memuaskan


KB 2. Hukum-hukum Perkembangan
A. Hukum Perkembangan
Carol Gestwicki (1995) mengemukakan prinsip dasar perkembangan
1. Hukum konvergensi
Perkembangan merupakan hasil interaksi faktor-faktor biologis (kematangan) dan faktor-faktor lingkungan (belajar)
2. Hukum tempo perkembangan
Perkembangan pada suatu tahap merupakan landasan bagi perkembangan berikutnya.
3. Hukum masa peka
Dalam perkembangan terdapat waktu-waktu yang optimal.
4. Hukum rekapitulasi
Stanley Hall mengemukakan bahwa perilaku dan perkembangan anak merupakan rekapitulasi dari evolusi spesies (manusia).
5. Perkembangan maju berkelanjutan merupakan kesatuan yang salaing berhubungan
6. Setiap individu berkembang sesuai dengan waktunya masing-masing
7. Dalam perkembangan terdapat urutan yang dapat diramalkan
Proses pertumbuhan menghasilkan sepuluh prinsip dasar pertumbuhan (Hukum rekapitulasi (Sutterly dan Donnely):
Pertumbuhan adalah kompleks dan semua aspek-aspeknya berhubungan sangat erat
Pertumbuhan mencakup hal-hal kuantitatif dan kualitatif
Pertumbuhan adalah proses yang berkesinambungan dan terjadi secara teratur
Pada pertumbuhan dan perkembangan terdapat keteraturan arah
Perkembangan lain terjadi pada simetri kiri dan kanan yang disebut perkembangan bilateral. Tanner (1965) menyatakan bahwa manusia terdapat asimetri dalam simetri, secara eksternal bagian kiri (badan) manusia hampir menjadi cerminan bagian kanan; bagaimanapun secara internal organ-organ tubuh adalah asimetri.
Tempo pertumbuhan tidak sama
Aspek-aspek yang berada dari pertumbuhan berkembang pada waktu dan kecepatan yang berbeda
Kecepatan dan pola pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik
Pada pertumbuhan dan perkembangan terdapat masa-masa kritis
Pada suatu organisme ada kecenderungan untuk mencapai potensi perkembangan yang optimal
Setiap individu tumbuh dengan caranya sendiri yang unik


KB 3. Pengaruh Berbagai Faktor dalam Perkembangan Manusia
A. Teori Kematangan
Menurut Gesell keterampilan berjalan, berbicara dan belajar membaca terjadi sebagai akibat perkembangan biologis anak. Kesiapan biologis merupakan faktor dominan dalam memampukan anak untuk belajar.
B. Teori Perkembangan Kognitif/Konstruktivisme
1. Jean Piaget
Hasil kajian Piaget tentang kognisi menunjukkan bahwa anak-anak mempunyai tahap pemahaman yang berbeda pada usia yang berbeda pula. Teori perkembangan kognitif menunjukkan bahwa interaksi anak dengan lingkungan dan pengorganisasian kognitif dari pengalaman menghasilkan kecerdasan.
2. Lev V. Gotsky
Dia meyakini baha anak-anak membentuk, membangun atau mengkonstruk pengetahuan. Menurutnya, interaksi sosial memegang peran penting dalam belajar
3. Teori behaviorisme
Menurut para ahli behaviorisme baru, faktor kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah lingkungan dan kesempatan untuk belajar. Menurutnya, jika lingkungan ditata untuk memfasilitasi ketercapaian perilaku yang dikehendaki maka akan dipengaruhi untuk mencapai perilaku yang seharusnya.
4. Teori belajar sosial
Seperti Albert Bandura, menyatakan bahwa banyak perilaku yang tidak dipelajari melalui pembentukan tetapi berkembang melalui reaksi dan interpretasi individu terhadap situasi.

Modul 2
Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik Usia Sekolah Dasar


KB 1. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani serta Perkembangan Intelektual dan emosional
A. Pertumbuhan Jasmani Selama Pertengahan Masa Kanak-kanak
1. Tingkat pertumbuhan
2. Nutrisi dan pertumbuhan
3. Kesehatan dan kebugaran anak
B. Beberapa Aspek Kesehatan dan Kebugaran Masa Kanak-kanak
1. Obesity
Anak yang diadopsi ternyata mempunyai korelasi positif dengan orang tua aslinya, namun tidak ada korelasi sama sekali dengan orang tua yang mengadopsinya (A.J. Stunkard, Foch & Hrubec, 1986).
2. Kondisi medis pada masa kanak-kanak
3. Penglihatan
4. Kesehatan gigi
5. Kebugaran anak
C. Perkembangan Intelektual dan Emosional
1. Perkembangan intelektual
a. Perkembangan kognitif: tahap operasi konkret Piaget
Kadang-kadang anak usia antara 5-7 tahun memasuki tahap operasi konkret, yaitu pada waktu anak dapat berpikir secara logis mengenai segala sesuatu.
b. Berpikir operasional
Menurut Piaget pada tahap ketiga, anak-anak mampu berpikir operasional: mereka dapat mempergunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional, yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya.
c. Konservasi
Adalah salah satu kemampuan yang penting yang dapat mengembangkan berbagai operasi pada tahap kongkret. Atau kemampuan untuk mengenal atau mengetahui bahwa dua bilangan yang sama akan tetap sama dalam substansi berat atau volume selama tidak ditambah atau dikurangi.
2. Perkembangan emosional


KB 2. Perkembangan Bahasa, Sosial, Moral, dan Sikap
A. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, periode linguistik (0-1 tahun) dan linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah anak mengucapkan kata-kata yang pertama.
Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar:
1. Fase satu kata atau holofrase
Anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks.
Misal kata duduk, bagi anak dapat berarti mau duduk, kursi tempat duduk dll
2. Fase lebih dari satu kata
Muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata
3. Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya.
Jenis-jenis bahasa:
a. Bahasa tubuh
b. Bicara
Bagi anak, bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga berfungsi untuk mencapai tujuanya, misalnya:
1) sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan
2) sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain
3) sebagai alat untuk membina hubungan sosial
4) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri
5) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan oranglain
6) untuk mempengaruhi perilaku orang lain
c. Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal
1) kematangan alat berbicara
2) kesiapan berbicara
3) adanya model yang baik untuk dicontoh
4) kesempatan berlatih
5) motivasi untuk belajar dan berlatih
6) bimbingan
B. Perkembangan Sosial, Moral, dan Sikap
1. Perkembangan sosial
Ganjaran atau hukuman yang diberikan orang tua terhadap anaknya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Ganjaran
Fungsi hadiah:
1) memiliki nilai pendidikan
2) memberikan motivasi kepada anak
3) memperkuat perilaku
b. Hukuman
1) Fungsi hukuman
a) Fungsi resktriktif
Dengan diberikannya suatu hukuman kepada anak, ini berarti bahwa pengulangan perilaku yang tidak diharapkan dalam masyarakat tidak akan terjadi lagi.
b) Hukuman sebagai fungsi pendidikan
c) Hukuman sebagai penguat motivasi
2) Syarat-syarat hukuman
a) sebaiknya hukuman segera diberikan kepada anak yang membuat kesalahan dan patut mendapat hukuman
b) diberikannya secara konsisten
c) hukuman yang diberikan harus bersifat konstruktif
d) hukuman yang diberikan bersifat impersonal
e) dalam memberikan hukuman harus disertai alasan
2. Perkembangan moral dan sikap
Proses pembentukan perilaku moral dan sikap anak:
a. Imitasi (imitation)
Pada umumnya anak mulai mengadakan imitasi sejak usia 3 tahun
b. Internalisasi
Adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak) karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut.
c. Introvert dan Ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap. Ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap dan keputusan yang diambil lebih banyak ditentukan oleh orang lain
d. Kemandirian
e. Ketergantungan
f. Bakat (aptitude)
Faktor utama yang dapat mempengarui tampilnya bakat anak:
1) faktor motivasi, berkaitan dengan daya juang anak untuk mencapai suatu sasaran tertentu.
2) faktor nilai atau value, berkaitan dengan bagaimana seseorang memberi arti terhadap hasil pekerjaan yang sesuai dengan bakatnya
3) konsep diri
anak yang memiliki konsep diri yang positif selalu berusaha berinteraksi secara timbal-balik dengan sukses yang merupakan aktualisasi bakatnya.


KB 3. Perbedaan Individu Anak Usia Sekolah Dasar
A. Perbedaan Pada Perkembangan Fisik
Perkembangan motorik pada anak laki-laki dan perempuan usia SD

Usia
Perilaku yang terpilih

1
Dalam gerakan anak perempuan lebih superior dan teliti, sedangkan pada anak laki-laki lebih superior dalam kekuatan, dan beberapa tindakannya kurang kompleks.

2
Keseimbangan dengan berdiri satu kaki tanpa memperhatikan kemungkinannya. Anak-anak dapat berjalan melangkah lebar dengan seimbang

3
Memiliki kekuatan menggenggam secara ajeg dengan tekanan 6 kg

4
Anak perempuan dapat melompat setinggi 21 cm, sedangkan anak lelaki dapat sampai 10 inci

5
Anak laki-laki dapat melompat setinggi 150 cm, sedangkan anak perempuan melompat setinggi 135 cm



B. Perbedaan Pada Perkembangan Moral
1. Piaget dan tahapan moral
Tahap pertama, hambatan moralitas juga disebut (heteronomous morality), bercirikan kekakuan, penyesuaian yang sederhana.
Tahap kedua, moralitas kerja sama juga disebut (autonomous morality), bercirikan moral yang fleksibel (kenyal).
Dua tahap perkembangan moral menurut Piaget

Aspek Moralitas
Hambatan Moralitas
Kerja sama Moralitas

Pandangan
Seorang anak memandang suatu tindakan baik atau buruk dan berpendapat bahwa tiap orang melihatnya dengan cara yang sama
Anak-anak dapat menggantikan orang lain. Mereka tidak absolut dalam penyesuaian, tetapi melihatnya dari beberapa sudut pandang

Kesungguhan
Anak menyesuaikan tindakan dengan penuh tanggung jawab, bukan karena ada motif di belakangnya
Beberapa tindakan penyesuaian anak berdasarkan kesungguhan bukan karena konsekuensi

Peraturan
Anak-anak tunduk pada peraturan sebab sakral dan tidak dapat diubah
Anak-anak mengenal bahwa peraturan dibuat oleh manusia dan dapat diubah oleh manusia

Hukuman
Anak sangat takut pada hukuman
Anak lebih bersifat lunak terhadap hukuman yang dikompensasikan dengan pengorbanan dan pertolongan

2. Koherlberg dan alasan moral
Koherlberg melukiskan tiga tingkatan alasan moral:
Tingkat 1, Pra-conventional morality (anak usia 4-10 tahun) anak masih dibawah pengawasan orang tua dan lain-lain, tunduk pada peraturan untuk mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman.
Tingkat 2, Conventional morality (anak usia 10-13 tahun) anak telah menginternalisasikan figur kekuasaan standar. Mereka patuh terhadap peraturan untuk menyenangkan orang lain.
Tingkat 3, Post-conventional morality (anak usia 13 tahun atau lebih) moralitas sepenuhnya internal. Dewasa ini orang-orang telah mengenal beberapa konflik standar moral dan memilih di antara standar tersebut.
C. Perbedaan Kemampuan
Tahap-tahap persahabatan

Tahapan
Usia
Karakteristik

0. Persahabatan sementara
3-7
Anak-anak bersifat egosentris, mereka berpikir hanya mengenai sesuatu yang mereka inginkan dari hubungan

1. Bantuan satu arah
4-9
Anak-anak membatasi teman sebagai seseorang yang mau mengerjakan sesuatu sebagaimana dilakukan temannya

2. Dua cara, bekerja sama
6-12
Persahabatan melibatkan masalah menerima dan memberi namun masih ada unsur membedakan kepentingan diri daripada kepentingan orang lain

3. Keintiman
9-15
Anak-anak memandang persahabatan seperti sesuatu yang berlangsung lama, sistematik

4. Kebebasan secara otomatis
12-dst
Anak-anak saling menghargai kebutuhan temannya untuk keduanya saling bergantung atau memiliki otonomi



KB 4. Jenis-jenis Kebutuhan Anak Usia Sekolah Dasar
A. Jasmaniah
Berkaitan dengan kebutuhan pemeliharaan dan pertahanan diri, anak usia SD memasuki tahapan perkembangan moral dan sosial yang memperhatikan pemuasan keinginan dan kebutuhannya sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
Hurlock (1978) mengemukakan bahwa disiplin berguna bagi anak untuk:
1. Memberikan rasa aman kepada anak, dengan memberitahukan kepada mereka secara tegas apa yang boleh dilakukan dan tidak dilakukan.
2. Berusaha belajar bersikap sesuai dengan cara yang akan mendatangkan pujian yang ditafsirkan sebagai tanda penerimaan dirinya.
3. Mendorong anak mencapai apa yang diharapkan dari dirinya, jika disiplin tersebut sesuai dengan perkembangan dirinya.
4. Membantu anak mengembangkan hati nuraninya, dan mengasah intuisi dalam dirinya.
B. Kasih Sayang
C. Memiliki
Pada masa usia di kelas-kelas rendah di SD, anak-anak sudah mulai meninggalkan dirinya sebagai pusat perhatian. Anak-anak ini akan cenderung mengikuti aturan dari kelompok bermainnya/setia, dan juga menggantungkan dirinya kepada kelompok tersebut.
D. Aktualisasi Diri
Anak usia kelas tinggi di SD mulai ingin merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya sehingga anak berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan sikap persaingan, atau berusaha mewujudkan keinginannya yang biasanya terdengar sangat tinggi dan muluk seperti ingin jadi juara tinju, pembalap dan sebagainya.
De Cecco dan Grawford (1974) mengajukan 4 peranan guru memberikan dan meningkatkan motivasi siswa:
1. Membangkitkan semangat siswa
2. Memberikan harapan yang realistis
3. Memberikan insentif
4. Memberi pengarahan

Modul 3
Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik Usia Sekolah Menengah


KB 1. Pertumbuhan Fisik serta Perkembangan Intelektual dan Emosional
A. Pertumbuhan Fisik/Jasmani
Perbedaan profil perkembangan fisik antara siswa SLTP dengan siswa SLTA

No.
Siswa SLTP (Remaja Awal)
Siswa SLTA (Remaja Akhir)

1.
Laju perkembangan secara umum berlangsung secara pesat
Laju perkembangan secara umum menurun, sangat lambat

2.
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kurang seimbang
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati kekuatan tubuh orang dewasa

3.
Munculnya ciri-ciri sekunder
Siap berfungsinya organ-organ reproduksi

4.
Gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan
Gerak-geriknya mulai mantap

5.
Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan yang dicobanya
Jenis dan jumlah cabang permainan lebih selektif

B. Pertumbuhan Intelektual
Perbedaan profil perkembangan intelektual antara siswa SLTP dengan siswa SLTA

No.
Siswa SLTP (Remaja Awal)
Siswa SLTA (Remaja Akhir)

1.
Proses berpikirnya sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal
Sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuannya membuat generalisasi

2.
Kecakapan dasar umum menjalani laju perkembangan yang terpesat
Tercapainya titik puncak

3.
Kecapakan dasar khusus mulai menunjukkan kecenderungan-kecenderungan lebih jelas
Kecenderungan bakat tertentu mencapai titik puncak dan kemantapannya

C. Perkembangan Emosional
Semakin kuat perhatian orang tua terhadap kehidupan remaja, akan semakin tinggi prestasi yang diraihnya di sekolah (Dianne Pappalia, 1992).


KB 2. Perkembangan Sosial, Moral dan Sikap
A. Perkembangan Sosial, Moralitas dan Sikap
Perbedaan profil perkembangan pemikiran sosial dan moralitas antara siswa SLTP dengan siswa SLTA

No.
Siswa SLTP (Remaja Awal)
Siswa SLTA (Remaja Akhir)

1.
Diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak orang tetapi bersifat temporer
Bergaul dengan jumlah teman yang terbatas dan selektif

2.
Adanya ketergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi
Ketergantungan kepada kelompok sebaya berangsung fleksibel

3.
Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruhorang tua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tuanya
Mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasannya mana yang harus dirundingkan dengan orang tuanya

4.
Dengan sikapnya dan cara berpikinya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya
Sudah dapat memisahkan antara nilai-nilai dengan kaidah-kaidah normatif yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat berbuat keliru atau kesalahan

B. Perkembangan Pemikiran Politik
Perkembangan pemikiran remaja hampir sama dengan perkembanga moral, karena memang keduanya berkaitan erat.
Pemikiran politiknya tidak didasarkan atas prinsip seluruhnya atau tidak sama sekali, sebagai ciri kemampuan pemikiran moral tahap tinggi, tetapi lebih banyak didasari oleh pengetahuan-pengetahuan politik yang bersifat khusus.
C. Perkembangan Agama dan Keyakinan
Perbedaan profil perkembangan agama dan keyakinan antara siswa SLTP dengan siswa SLTA

No.
Siswa SLTP (Remaja Awal)
Siswa SLTA (Remaja Akhir)

1.
Mengenai eksistensi sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis
Eksistensi dan sifat kemurahan serta keadilan Tuhan mulai dipahami dan dihayati

2.
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin didasarkan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya
Penghayatan dan pelaksanaan kehidupan keagamaan sehari-hari mulai dilakukan atas dasar kesadaran dan petimbangan hati nuraninya sendiri yang tulus ikhlas

3.
Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidupnya
Mulai menemukan pegangan hidup yang definitif

Thomas Hobbes (1588-1679 dalam Sigelman dan Shaffer, 1995:29) berpendapat bahwa anak-anak secara alamiah adalah berperilaku nakal, pengganggu dan sebagainya. Sebaliknya Jean Jacques Rousseau (1712-1778) berpendapat anak secara alamiah adalah baik, sejak lahir naluriah anak mampu membedakan mana perilaku yang baik dan buruk.
Filosofi dari Inggris, John Locke (1632-1704) terkenal dengan teori tabula rasa. Anak bagaikan kertas putih yang menunggu untuk ditulisi melalui pengalamannya. Locke menyangkal bahwa anak itu sejak lahir baik atau buruk, tetapi ia akan berkembang bergantung pada pengalaman yang ia peroleh.
Menurut penganut konvergensi bahwa perilaku manusia dipengaruhi baik oleh pembawaan maupun oleh lingkungan. Tokohnya William James. Teori inilah yang dianut oleh kebanyakan ahli saat ini.
Menurut Papalia dan Olds faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu dapat dikategorikan ke dalam faktor internal melawan faktor eksternal, dan pengaruh normatif melawan pengaruh bukan normatif. Faktor internal, faktor pembawaan sejak lahir yang disebut heredity. Faktor eksternal, faktor yang berpengaruh terhadap diri individu yang berasal dari lingkungan.
Menurut Urie Bronfenbrenner (Papalia dan Olds, 1992:9) terdapat empat tingkatan pengaruh lingkungan yang merentang dari lingkungan yang paling intim sampai lingkungan yang sangat global:
Pengaruh lingkungan sistem mikro, lingkungan kehidupan sehari-hari, seperti lingkungan sekolah, rumah, pergaulan dengan orang tua, guru, teman sebaya.
Pengaruh lingkungan sistem meso, keterkaitan antarvariasi tingkatan sistem yang melibatkan individu di dalamnya.
Pengaruh lingkungan sistem exo, institusi lingkungan yang lebih besar, seperti pengaruh sekolah, pengaruh media massa, bahkan pengaruh lingkungan pemerintahan.
Pengaruh lingkungan yang paling luas, pengaruh sistem makro. Ada keterkaitan erat pengaruh dari kebudayaan, pengaruh agama, pendidikan, politik dan pengaruh keadaan sosial ekonomi terhadap perkembangan individu.
Pada masa sekolah menengah ini merupakan masa krisis yang disebut the best of time atau the worst of time (Conger dalam Abin Syamsuddin M, 1996:91). Kalau individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapi secara integratif, ia akan menentukan identitasnya yang akan dibawanya menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada pada krisis identitas (identity crisis) yang berkepanjangan.


KB 3. Perbedaan Individu Anak Usia Sekolah Menengah
A. Perbedaan Kemampuan
B. Perbedaan dalam Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah dengan cepat, tepat dan mudah. Heim memberi batasan tentang perilaku inteligen sebagai consisting of grasping the essentials… seseorang dikatakan memiliki perilaku inteligen sekiranya memiliki kemampuan untuk memahami hal-hal penting dari situasi yang dihadapi, dan mampu memberikan pemecahan yang lebih baik dibanding dengan yang lain. Indikator perilaku inteligen menurut Whiterington (Abin Syamsuddin M, 1996), antara lain:
Kemudahan dalam menggunakan bilangan
Efisiensi dalam berbahasa
Kecepatan dalam pengamatan
Kemudahan dalam mengingat
Kemudahan dalam memahami hubungan
Imajinasi
Vernon mencoba menjelaskan tentang intelegensi dlaam tiga kategori yaitu biologis (kemampuan individu dalam mengadaptasi diri terhadap rangsangan lingkungan, dalam arti menekankan pada kemampuan untuk mengemas perilaku baik secara terang-terangan maupun tersamar sebagai hasil dari pengalaman), psikologis (lebih menekankan pada efisiensi mental dan kapasitas pemahaman abstrak yang diperlukan dalam menggunakan bahasa simbol) dan operasional (melibatkan spesifikasi perilaku inteligen secara lebih rinci dan menemukan cara mengukur spesifikasi yang dimaksudkan.
Tokoh yang berkecimpung dalam pengembangan tentang teori intelegensi antara lain, Thurstone, Spearmen, Gulford, dan Howard Gardner.
Klasifikasi tingkat kemampuan umum (Intelegensi)

IQ
Persentase dari Populasi
Klasifikasi

140 ke atas
1
Genius (jenius)

130-139
2
Very superior (sangat

120-129
8
Unggul

110-119
16
Superior (unggul

100-109
23
Average

90-99
23
Normal

80-89
16
Dull average (mendekati normal)

70-79
8
Borderline (lambat)

C. Perbedaan dalam Kepribadian
Kepribadian menurut Allport (Sumadi Suryabrata, 1988:240) adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Dalam pandangan Erikson (Gage Berliner) masa remaja adalah masa Sturm und Drang (masa angin-anginan). Pada tahapan ini terjadi beberapa penangguhan dalam pengintegrasian unsur-unsur kepribadian.
Murray mengelompokkan kebutuhan menjadi dua kelompok besar, yaitu viscerogenic dan psychogenic. Kebutuhan viscerogenis adalah kebutuhan secara fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, bernafas dan lain sebagainya yang berorientasi pada kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan psychogenic adalah kebutuhan sosial atau social motives.
Murray memilahkan kebutuhan sosial menjadi 20 kebutuhan:
Abasement Needs (n Aba), kebutuhan untuk tidak berdaya, merendah apabila berbuat keliru, menerima cercaan atau celaan orang lain.
Needs for Achievement (n Ach), kebutuhan berprestasi yaitu kebutuhanuntuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh, dorongan untuk mencapai hasil sebaik mungkin.
Needs for Affiliation (n Aff), kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain seperti teman sebaya, setia kawan.
Needs for Aggression (n Agg), kebutuhan untuk melakukan tindakan kekerasan, menyerang pandangan yang berbeda dengan dirinya.
Autonomy Needs (n Aut), kebutuhan untuk bertindak secara mandiri
Counteraction, kebutuhan untuk mencari bentuk yang berbeda dari yang telah mapan.
Defendance needss, kebutuhan untuk bergantung pada diri sendiri.
Deference needss (n Def), kebutuhan meniru orang lain.
Needs for Dominance (n Dom), kebutuhan mendominasi
Exhibition (n Exh), kebutuhan pamer diri.
Order, kebutuhan teratur.
Sentience, kebutuhan mencari dan menikmati sesuatu yang sensual.


Modul 4
Karakteristik dan Kebutuhan Peserta Didik Usia Dewasa


KB 1. Pertumbuhan Fisik dan Perkembangan Intelektual
A. Pertumbuhan Fisik
B. Pertumbuhan Intelektual
Menurut Schaine, perkembangan kognitif merupakan transisi dari “apa yang ingin saya ketahui” (what I need to know). Proses transisi oleh Chaine dibagi atas lima tahap berikut:
1. Tahap pemerolehan (aquisitive), berlangsung pada masa anak dan remaja
Anak dan remaja telah menguasai pengetahuan dan keterampilan. Sebatas menguasai tetapi pengetahuan dan keterampilan tersebut belum digunakan untuk kepentingan hidupnya dalam masyarakat.
2. Tahap penguasaan (achieving), berlangsung pada usia 20-an sampai awal 30-an
Menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya untuk mencapai keunggulan dan kemandirian.
3. Tahap tanggung jawab (responsible), pada usia akhir 30-an sampai akhir 60-an
Menggunakan pengetahuan dan pemikirannya untuk memecahkan masalah.
4. Tahap eksekutif (executive), pada usia 30-an atau 40-an sampai awal 60-an
Individu mempunyai tanggung jawab yang luas, bukan hanya dalam unit keluarga, tetapi juga dalam sistem kemasyarakatan.
5. Tahap reintegrasi (reintegrative), pada usia 60 tahun ke atas
Orang dewasa sudah tidak disibukkan oleh tugas dan tanggung jawab
C. Perkembangan Moral
Tahap-tahap perkembangan moral pada wanita dewasa menurut Gilligan:
Tahap 1. Orientasi terhadap keberadaan diri
Wanita lebih mengonsentrasikan hidupnya pada keberaaadaan dan kepentingan dirinya, kepada apa yang baik dan berguna bagi dirinya. Perubahan yang terjadi adalah perubahan dari mementingkan diri kepada tanggung jawab.
Tahap 2. Kebaikan sebagai pengorbanan diri
Mereka mulai menyadari tentang tanggung jawabnya terhadap orang lain, serta mulai melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan pengorbanan
Tahap 3. Moralitas tidak berbuat kekerasan
Terjadi perubahan atau perkembangan kesadaran dari tidak mau menyakiti orang lain dan menyakiti dirinya kepada prinsip persamaan.


KB 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orang Dewasa
7 kebiasaan hidup sehat yang perlu dilakukan oleh orang dewasa untuk memelihara kekuatan fisik:
1. sarapan pagi
2. makan secara teratur
3. makan secukupnya
4. tidak merokok
5. tidak meminum minuman yang mengandung alkohol
6. olahraga secukupnya
7. tidur secara teratur 7-8 jam
faktor yang ikut menentukan kuat tidaknya rasa keagamaan orang dewasa:
1. jenis kelamin
wanita lebih berminat pada agama dari pada pria
2. kelas sosial
golongan kelas menengah cenderung lebih tertarik agama
3. lokasi tempat tinggal
4. latar belakang keluarga
5. minat religius teman-teman
6. pasangan dari iman yang berbeda
7. kecemasan akan kematian
8. pola kepribadian
faktor yang mempengaruhi minat dan aktivitas sosial orang dewasa:
a. mobilitas sosial
semakin besar keinginan orang dewasa untuk meningkatkan status sosialnya semakin giat pula ia berusaha melibatkan diri dengan organisasi
b. status sosial ekonomi
c. lamanya tinggal dalam suatu kelompok masyarakat
d. kelas sosial
e. lingkungan
f. jenis kelamin
pria yang telah menikah lebih bebas berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan sosial di luar rumah
g. umur kematangan seksual
h. urutan kelahiran
i. keanggotaan dari tempat beribadah
Ciri-ciri kepribadian orang dewasa yang tampak dalam interaksi dengan lingkungannya:
1. Karakter yang mengacu pada konsekuen tidaknya dalam melakukan aturan etika perilaku.
2. Temperamen yang mengacu pada cepat atau lambatnya mereaksi terhadap rangsangan yang datang
3. Sikap, yang mengacu pada positif atau negatif atau ambivalensinya sambutannya terhadap objek-objek
4. Stabilitas emosional, yang mengacu pada mudah tidaknya tersinggung marah
5. Tanggung jawab, yang mengacu pada menerima atau cuci tangan
6. Sosiabilitas, yang mengacu pada keterbukaan atau ketertutupan dirinya
Witherington menunjukkan lebih terperinci dari indikator-indikator perilaku inteligen:
1. Kemudahan dalam menggunakan bilangan
2. Efisien dalam berbahasa
3. Kecepatan dalam pengamatan
4. Kemudahan dalam mengingat
5. Kemudahan dalam memahami hubungan
6. Imajinasi


KB 4. Kebutuhan-kebutuhan Orang Dewasa
Menurut Maslow, kebutuhan-kebutuhan orang dewasa digolongkan ke dalam tingkatan:
1. Kebutuhan yang bersifat biologis
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan sosial
4. Kebutuhan akan harga diri
5. Kebutuhan untuk berbuat yang terbaik
Orang dewasa memiliki empat kebutuhan (Morgan):
1. Kebutuhan untuk melakukan suatu aktivitas
2. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain
3. Kebutuhan untuk mencapai hasil
4. kebutuhan mengatasi kesulitan
Lima belas aspek kebutuhan orang dewasa (Murray dan Edwards):
1. Kebutuhan berprestasi (achievement)
2. Kebutuhan rasa hormat (deference)
3. Kebutuhan keteraturan (order)
4. Kebutuhan memperlihatkan diri (exhibition)
5. Kebutuhan otonomi (autonomy)
6. Kebutuhan afiliasi (affiliation)
7. Kebutuhan intrasepsi (intraception)
8. Kebutuhan berlindung (succorance)
9. Kebutuhan dominan
10. Kebutuhan merendah (abasement)
11. Kebutuhan memberi bantuan (nurturance)
12. Kebuthan perubahan (change)
13. Kebutuhan ketekunan (endurance)
14. Kebutuhan heteroseksual
Dorongan untuk bepergian dengan lawan jenis
15. Kebutuhan agresi
Dorongan untuk menyerang pandangan yang berbeda


Tugas-tugas perkembangan masa dewasa:
1. Tugas-tugas perkembangan masa dewasa/muda
a. mengembangkan sikap wawasan dan pengalaman nilai-nilai agama
b. memperoleh atau memulai suatu pekerjaan
c. memilih pasangan
d. mulai memasuki pernikahan
e. belajar hidup berkeluarga
f. mangasuh dan mendidik anak
g. mengelola rumah tangga
h. memperoleh kemampuan dan kemantapan karier
i. mengambil tanggung jawab atau peran sebagai warga masyarakat
j. mencari kelompok sosial yang menyenangkan
2. Tugas-tugas perkembangan masa dewasa madya
a. memantapkan pengalaman nilai-nilai agama
b. mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara
c. membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa
d. menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan
e. memantapkan keharmonisan hidup berkeluarga
f. mencapai dan mempertahankan prestasi
g. memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa
3. Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa lanjut (masa tua)
a. lebih memantapkan diri dalam mengamalkan norma
b. mampu menyesuaikan diri dengan menurunnya kemampuan fisik
c. menyesuaikan diri dengan masa pensiun
d. menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
e. membentuk hubungan dengan orang lain yang seusia
f. memantapkan hubungan yang lebih harmonis dengan anggota keluarga

Modul 5


Bagian otak yang mengatur hubungan pada indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengenal rasa dan penciuman adalah corpus collosum.
Karakteristik umum kesulitan yang dialami anak berkelainan fisik:
1. Kesulitan memproses, terjadi bila gangguan syaraf menghambat diterimanya informasi atau untuk mengungkap sesuatu secara memadai
2. Kesulitan dalam motivasi terjadi bila kebutuhan akan usaha pribadi berinteraksi dengan image diri dan percaya diri, yang berakibat pada berbagai motivasi
3. Kesulitan berpartisipasi terjadi bila gangguan fisik menghambat kemampuan anak untuk bergabung dalam kegiatan kelas.
Beberapa kelainan fisik:
1. Cerebral Palsy, ketidaknormalan gerakan dan postur karena gangguan atau ketidakmatangan otak (Denhoff). Cerebral palsy sebagai akibat dari kerusakan gangguan otak dapat ditelusuri, mungkinkarena adanya kerusakan fisik (trauma) atau oleh penyebab lain yang tidak langsung misal kekurangan oksigen, contol lain, epilepsi adalah bagian dari cerebral palsy.
2. Spina Bifida, gangguan saraf
Gangguan saraf pada spina bifida terpusat, sedangkan pada cerebral palsy gangguannya menyebar.
Gangguan lain yang terjadi pada spina bifida dan sering memerlukan bantuan operasi (pembedahan) adalah hydrocephalus.
3. Epilepsi, gangguan saraf yang mempengaruhi pendidikan anak.
Convulsion adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang bila gangguan pada bagian otak tertentu.
IQ normal menurut skala Binet dari Amerika Serikat adalah antara 61-100.
Klasifikasi berdasarkan IQ pada ketidakmampuan intelektual

Tingkat ketidakmampuan
Menurut skor Binet
Menurut skor Wechsler

Ringan
68-52
69-55

Sedang
51-36
54-40

Parah
35-
39-



Menurut Bower, siswa yang emosinya terganggu mempunyai karakteristik:
1. Ketidakmampuan belajar, yang tidak dapat diterangkan dengan faktor kesehatan intelektual dan sensori
2. Ketidakmampuan membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal dengan teman dan gurunya
3. Bentuk perilaku dan perasaan yang tidak memadai tapi berada di bawah normal
4. Menunjukkan ketidakbahagiaan dan berada dalam suasana depresi


Peserta Didik Autis
Selain faktor genetik dan lingkungan yang tercemar populasi, pandangan yang lebih mendapat dukungan ilmuwan mengungkapkan bahwa kelainan sistem kerja otak, terutama pada lapisan korteks serbral, serebelum dan sistem limbik merupakan penyebab autistik pada anak.
1. Karakteristik anak autis
Menurut pengklarifikasian Lauren B. Alloy, dkk, dalam Abnormal Psychology, empat karakteristik anak autis; isolasi diri, keterbelakangan mental, kemampuan bahasa rendah, dan perilaku menyimpang.
Ciri (khas) perilaku anak autis:
a. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
b. Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain dan tidak mempunyai empati
c. Pemahaman anak sangat kurang
d. Kadangkala anak mempunyai daya ingat yang sangat kuat
e. Anak mengalami kesukaran dalam mengekspresikan perasaannya
f. Memperbaiki perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan
2. Stategi pembelajaran anak autis
Strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan Wina Sanjaya adalah perencanaan yang berisi serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.. pilihan strategi yang digunakan beranjak dari strategi individual sampai pada penggunaan strategi kelompok, bagi anak yang telah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan.
Dalam uji coba dan penerapannya, strategi yang kerap digunakan untuk anak autis mengacu pada teori A-B-C (autecendent-behavior-consequence) yang diperkenalkan psikologi Loovas atau dikenal applied Behavior analysis (ABA). Strategi ini dimulai dengan instruksi atau antecedent atau pra-kejadian, yakni pemberian instruksi kepada anak baik berupa perintah meniru, pertanyaan atau visual. Setelah 3-4 detik, anak diharapkan akan memberikan behavior (perilaku) atau respon sesuai dengan instruksi. Untuk membuat respon anak bertahan makan diperlukan consequence atau akibat; baik berupa reinforcemenet (penglihatan), prompt (bantuan) kepada anak untuk memberikan jawaban yang benar

RESUME MODUL POFESI KEGURUAN MKDK 4005


MODUL 1. PROFESI KEGURUAN DALAM MENGEMBANGKAN SISWA



Kegiatan Belajar 1 : Apa, Mengapa, dan bagaimana Pekerjaan Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari Lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ciri profesi yaitu :
1. Ada standar kerja yang baku dan jelas
2. Ada lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab
3. Organisasi profesi
4. Etika dan kode etik profesi
5. Sistem imbalan
6. Pengakuan dari masyarakat
Omstein dan Levine ciri-ciri profesi antara lain :
1. Melayani masyarakat, merupakan karier sepanjang hayat
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai (tidak semua orang dapat melakukannya)
3. Menggunakan hasil penelitian dam aplikasi dari teori ke praktik
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang
5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien: dengan penekanan terhadap layanan yang diberikan
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya; relatif bebas dari supervisi dalam jabatan
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri
11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elite untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan
13. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari public dan kepercayaan dari setiap anggotanya
14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi
Menurut Sanusi, et. al (1991) ciri-ciri utama suatu profesi antara lain :
1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikasi social yang menentukan
2. Jabatan yag menuntut keahlian/keterampilan tertentu
3. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu dapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metide ilmiah
4. Jabtan itu berdasarkan batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, dan eksplisit yang bukan anya pendapat khayalak umum
5. Jabatan itu memerluakan pendidikan perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama
6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai professional itu sendiri
7. Dalam memberikan layanan kepda masyarkat anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi
8. Tiap anggota profess mempunyai kebebasan dalam judgment terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya
9. Dalam praktiknya melayani masyarakat, anggota profess otonom dan bebas dari campur tangan orang luar
10. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan karenanya memperoleh imabalan yang tinggi pula
Menurut Robert W. richey (1974) ciri-ciri profesi adalah :
1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dari pada pelayanan pribadi
2. Seorang pekerja professional, secara relative memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus untuk mendukung keahliannya
3. Memiliki kialifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perembangan dalam pertumbuhan jabtan
4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap serta cara kerja
5. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi
6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya
7. Memberi kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian
8. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live career) dan menjadi seorang anggota yang permanen
Menurut D. Westby Gibson (1965) ciri-ciri keprofesian adalah sebagai berikut :
1. Pengakuan oleh massyarakat terhadap pelayanan tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi
2. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah teknik dan prosedur yang unik
3. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematis sebelum orang mampu melaksanakan suatu pekerjaan professional
4. Dimilikinya suatu mekanisme untuk menyaring sehingga mereka yang dianggap kompeten yang diperbolehkan bekerja untuk lapangan tertentu
5. Dimilikinya organisasi professional yang disamping melindungi kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar, juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, termasuk tindak etis professional pada anggotanya


Kegiatan Belajar 2 : Pengertian dan Ciri-ciri Profesi Keguruan
Profesi guru adalah suatu profesi yang utuh, dan banyak orang berpendapat bahwa guru hanya jabatan semiprofessional tau profesi yang baru muncul (emerging profession) karena belum semua ciri-ciri dapat memenuhi.
Menurut Sanusi et. al. (1991:23) terdapat enam asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan, antara lain :
1. Subjek pendidikan adalah manusia yag memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan perasaan dan dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya; pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia
2. Pendidikan dilakukan secara internasional, yakni sadar bertujuan maka pendidikan menjadi normatif yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara universal
3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipoetesis dalam menjawab ppermasalahan pendidikan
4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi yang baik untuk berkembang
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya
6. Sering terjadi dilema antara tujuan utama pendidikan
Kompetensi yang harus dimiliki guru professional, antara lain :
1. Kompetensi Profesional, memiliki pengetahuan yang luas serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode dalam proses belajar yang tepat
2. Kompetensi Personal, memiliki sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi sumber identifikasi yang mantap
3. Kompetensi Sosial, memnunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial
4. Kemampuan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya yang mengutamakan nilai kemanusiaan dari pada nilai material
Ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru menurt Robert W. richey (1974) antara lain :
1. Para guru akan bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan kemanusiaan daripada usaha untuk kepentingan pribadi
2. Para guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan untuk mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota organisasi guru
3. Para guru dituntut untuk memiliki pemahaman serta keterampilan tinggi dalam hal bahan mengajar, metode, anak didik, dan landasan kependidikan
4. Para guru dalam organisasi professional, memiliki publikasi professional yang daapat melayani para guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi
5. Para guru diusahakan untuk selalu mengikuti kursus, workshop, seminar, konvensi serta terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan in service
6. Para guru diakui sepenuhnya sebagai suatu kareir hidup
7. Para guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun local
Menurut National Education Assotiaon (NEA) (1948) menyarankan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Jabatan yang melibatkan intelektual
2. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus
3. Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lama
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan
5. Jabatan yang menjanjikan kareir hidup dan keanggotaan yang permanen
6. Jabatan yang menentukan bakunya sendiri
7. Jabatan yang mementingkan layanan diatas keuntungan pirbadi
8. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin rapat
Tujuan kode etik profesi adalah untuk kepentingan anggota dan organisasi profesi itu sendiri, yaitu anta lain untuk :
1. Menjunjung tinggi martabat profesi
2. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
3. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Meningkatkan mutu profesi
5. Meningkatkan mutu organisasi profesi
Dasar-dasar guru Indonesia/ kode etik guru Indonesia, antara lain :
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk mementuk martabat manusia Indonesia seutuhnya yang beriwa Pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik seagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawana sosial
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan


Kegiatan Belajar 3 : Latar Belakang dan Ruang Lingkup Profesi Keguruan
Jabtan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini meningkat dengan adaanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru untuk menghasilkan guru yang professional. Pada masa sekarang ini LPTK menjadi satu-satunya lembaga yang menghasilkan guru.
PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal 25 November 1945, sebagai perwujudan aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa (Hermawan S., 1989). Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu dan kegiatan profesi guru seta meningkatkan kesejahteraan mereka (Basuni, 1986). Selanjutnya terdapat 4 misi uatama PGRI, antara lain :
1. Misi politis/ideologis
2. Misi persatuan/organisatoris
3. Misi profesi
4. Misi kesejahteraan
Selain PGRi ada organisasi resmi lain, antara lain :
1. ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan)
2. IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia)
3. HISAPIN (Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia)
4. HSBI (Himpunan Sarjana Bahasa Indonesia)
Secara konseptual dam umum, ruang lingkup kerja guru itu mencakup aspek-aspek :
1. Kemampuan professional
a. Penguasaan materi pelajaran
b. Penguasaan wawasan kependidikan dan keguruan
c. Penguasaan proses pendidikan
2. Kemampuan sosial, kemampuan menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja
3. Kemampuan personal (pribadi)
Keandalan seorang yang professional dapat dilihat dari berbagai segi berikut ini :
1. Mengetahui, memahami dan menerapkan apa yang harus dikerjakan
2. Memahami mengapa dia harus melakukan pekerjaan itu
3. Memahami serta menghormati batas-batas kemampuan dan kewenagan profesinya dan menghormati profesi lain
4. Mewujudkan pemahaman dan penghayatannya itu dalam perbuatan mendidik, mengajar dan melatih
Ruang lingkup profesi guru dibagi dalam 2 (dua) gugus, yaitu :
a. Gugus pengetahuan dan penguasaan teknik dasar professional
b. Gugus kemampuan professional


MODUL 2
Kompetensi Kepribadian, Sosial, dan Profesional Guru


Kegiatan Belajar 1 : Kompetensi Kepribadaian Guru
Kompetensi kepribaian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.
Fungsi utama seorang guru adalah sebagai teladan bagi murid-muridnya dan hal ini dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem Amongnya yaitu Ing ngarso sungtulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani artinya guru harus menjadi contoh dan teladan, membangkitkan motif belajar siswa serta mendorong/memberikan motivasi dari belakang.
Beberapa kompetensi kepribadaian guru, antara lain sebagai berikut :
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Percaya kepada diri sendiri
3. Tenggang rasa dan toleran
4. Bersikap terbuka dan demokratis
5. Sabar dalam menjalani profesi keguruannya
6. Mengembangkan diri bagi kemajuan profesinya
7. Memahami tujuan pendidikan
8. Mampu menjalin hubbungan insani
9. Memahami kelebihan dan kekurangan diri
10. Kreatif dan inovatif dalam berkarya




Kegiatan Belajar 2 : Kompetensi Sosial Guru
Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengambangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga Negara.
Fungsi kompetensi sosial guru adalah sebagai berikut :
1. Motivator dan Inovator dalam Pembangunan Pendidikan
2. Perintis dan Pelopor Pendidikan
3. Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pengetahuan
4. Pengabdian
Jenis-jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru menurut Cece Wijaya (1994) adalah sebagai berikut :
1. Terampil Berkomunikasi dengan Peserta Didik dan Orang Tua Peserta Didik
2. Bersikap Simpatik
3. Dapat Bekerja Sama dengan Dewan Pendidikan.Komite Sekolah
4. Pandai Bergaul dengan Kawan Sekerja dan Mitra Pendidikan
5. Memahami Dunia Sekitarnya (Lingkungan)


Kegiatan Belajar 3 : Komponen Kompetensi Profesional
Menurut Cooper ada 4 komponen kompetensi profesional, yaitu :
1. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia
2. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya
3. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya
4. Mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar
Menurut Johnson ada 3 komponen kompetensi professional, yaitu :
1. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan yang diajarkan dari bahan yang diajarkan itu
2. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan
3. Penguasaan proses-proses pendidikan, keguruan pembelajaran siswa




Menurut Depdikbud ada 19 kompetensi professional guru adalah sebagai berikut :
1. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep
2. Pengelolaan program belajar mengajar
3. Pengelolaan kelas
4. Pengelolaan dan pengggunaan media serta sumber belajar
5. Penguasaan landasan-landasan kependidikan
6. Kemampuan menilai prestasi belajar mengajar
7. Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di sekolah
8. Menguasai metode berpikir
9. Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi professional
10. Memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik
11. Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan
12. Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
13. Mampu memahami karakteristik peserta didik
14. Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah
15. Memiliki wawasan tentang inivasi pendidikan
16. Berani mengambil keputusan
17. Memahami kurikulum dan perkembangannya
18. Mampu bekerja berencana dan terprogram
19. Mampu menggunakan waktu secara tepat


Kegiatan Belajar 4 : Hubungan Penguasaan Materi dan Kemampuan Mengajar
Menurut Johnson (1980) penguasaan materi terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkannya dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu.
Ada dua cara memandang materi atau bahan ajar, yaitu :
1. Dari sudut isi bahan ajar, bahan ajar digolongkan menjadi 6 jenis
a. Fakta
b. Konsep
c. Prinsip
d. Keterampilan
e. Pemecahan Masalah
f. Proses
2. Dari sudut cara pengorganisasian bahan ajarnya dibagi menjadi 4 jenis
a. Bahan Bidang Studi Linier
b. Bahan Bidang Studi Kumulatif
c. Bahan Bidang Studi Praktikal
d. Bahan Bidang Studi Eksperensial
Alasan pengembangan dalam pemilihan bahan ajar adalah sebagai berikut :
1. Bahan bidang studi itu harus diseleksi dan disesuaikan dengan kebutuhan
2. Bahan bidang studi tidak relevan dengan kebutuhan diganti dengan yang baru
3. Bahan bidang studi yang makin bertambah itu harus dipelajari melalui berbagai media komunikasi
4. Bahan bidang studi yang makin bertambah itu dipelajari melalui berbagai pendekatan, baik pendekatan metode penyampaian pelajaran maupun melalui pembelajaran yang digunakannya
Kriteria dalam memilih bahan bidang studi antara lain sebagai berikut :
1. Bahan bidang studi yang diajarkan adalah bersifat fundamental
2. Bahan bidang studi yang hangat (current event)
3. Bahan bidang studi yang selalu dihadapi berulang-ulang oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari (persisten life situation)
4. Bahan bidang studi yang mengandung unsur pemecahan masalah
Untuk memperoleh keterampilan kamampuan mengajar dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Latihan menganalisis tugas-tugas belajar
2. Latihan merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran umum yang berpusat pada hasil yang diharapkan
3. Latihan menetapkan indikator-indikator tingkah laku yang spesifik dari kata kerja yang dipakai oleh tujuan pembelajaran umum
4. Latihan memilih indikator-indikator yang sesuai dengan tingkah laku kemampuan siswa
5. Latihan merumuskan tujaun pembelajaran khusus pada indikator-indikator terpilih
Hubungan antara penguasaan materi ajar dengan kemampuan mengajar sebagai berikut :
1. Penguasaan materi menjadi landasan pokok seorang guru untuk memiliki kemampuan mengajar
2. Guru yang memiliki wawasan yang mendalam terhadap materi ajar akan lebih yakin di dalam merumuskan tujuan belajar mengajar di kelas
3. Guru yang sudah menguasai betul materi yang akan disampaikan kepada siswa akan berusaha memperhatikan kebutuhan dan kemampuan siswa yang dihadapinya
4. Guru yang menguasai materi dengan baik senantiasa mencoba berbagai metode untuk diterapkan sesuai dengan perkembangan situasi di kelas dan tidak terlalu terikat dengan patokan persiapan mengajar yang sudah dirumuskan sebelum memasuki kelas
5. Guru yang meguasai betul materi ajar akan lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi ajarnya


Kegiatan Belajar 5 : Keputusan Situasional dan Transaksional
Keputusan situasional menyangkut keputusan tentang apa dan bagaimana pengajaran akan diwujudkan berdasarkan analisis situasi. Keputusan situasional diambil guru ketika menyusun persiapan tertulis dalam bentuk satuan pelajaran.
Keputusan transaksional merupakan penyesuaian yang dilakukan oleh guru yang berkaitan dengan pelaksanaan dari keputusan situasional berdasarkan umpan balik yang diperoleh guru dari interaksinya dengan siswa maupun dari interaksi dalam PBM yang sedang berlangsung. Keputusan transaksional diambil karena adanya prubahan situasi dan kondisi yang berkembang dalam melaksanakan PBM.


MODUL 3 : Berbagai Peran Guru dalam Pembelajaran


Kegiatan Belajar 1 : Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran
Dalam pandangan lama, para ahlimembagii konsentrasi studi tentang perkembangan anak dalam :
1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik yang mencakup perubahan hadaniah dan keterampilan motoric
2. Perkembangan aspek kognitif yang mencakup persepsi, bahasa, belajar dan berpikir
3. Perkembangan psikososial yang mencakup perkembangan emosi, kepribadian, dam hubungan antar pribadi




Apek-aspek perkembangan anak sekolah dasar antara lain :
1. Perkembangan Motorik dan Persepsi
2. Implikasi bagi Proses Pembelajaran
Piaget mendeskripsikan perkembangan kognitif ke dalam 4 periode perkembangan, antara lain :
1. Periode Sensomotorik (0 - 1 tahun)
2. Periode Operasi Awal (1 – 7 tahun)
3. Periode Operasi Konkret (7 – 12 tahun)
Good dan Brophy (1990) mengklarifikasikan sebagai berikut :
a. Keterampilan klasifikasi
b. Konsep konservasi
c. Kemampuan mengurutkan
d. Kemampuan negotiation
e. Identitas
f. Kompensaasi
4. Periode Operasi Formal (12 tahun ke atas)
5. Kesiapan Belajar dan Implikasi bagi Pembelajaran
Piaget (Thomas L. Good dan Jere E. Brophy, 1990: 51-52) pikiran anak merupakan struktur yang secara terus menerus berkembang kea rah tingkat organisasi dan integrasi yang lebih tinggi
Proses pembelajaran di sekolah dasar bersifat terpadu dengan perkembangan fisik kognitif, sosial, moral, dan emosional. Konsep pendekatan perkembangan dalam pembelajaran ada dua dimensi, yaitu dimensi umum dan individual.


Kegiatan Belajar 2 : Peran Guru dalam Pengembangan Rancangan Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses inkuiri dan reflektif, yaitu :
a. Inkuiri dalam pembelajaran mengandung makna mempertanyakan, menjelajahi labih jauh dan memperluas pemahaman tentang situasi.
b. Refleksi mengimplementasikan adanya dugaan, penilaian dalam pertimbangan faktor-faktor signifikan untuk mencapai tujuan.


Perkembangan adalah tujuan pembelajaran. Rancangan pembelajaran baik rancangan jangka pendek maupun jangka panjang mencakup komponen-komponen sebagai berikut :
a. Analisis kurikulum, yaitu kegitan untuk merumuskan rencana dan bahan ajar yang lebih bermakna dan sesuai perkembangan peserta didik
b. Tujuan pembelajaran; ada 4 tipe tujuan pembelajaran yaitu:
1) Tujuan perilaku
2) Tujuan pemecahan masalah
3) Tujuan ekspresif
4) Tujuan afektif
c. Rencana kegiaan berisi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
d. Rencana evaluasi; terdiri dari kegiatan evaluasi sumatif dan evaluasi formatif


Kegiatan Belajar 3 : Peran Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran dan Manajemen
Kelas
Menurut hasil kajian literature terdapat 9 definisi gambaran pendekatan manajemen kelas, yaitu :

1. Pendekatan otoriter
6. Pendekatan modifikasi perilaku

2. Pendekatan intimidasi
7. Menciptakan iklim sosio-emosional

3. Pendekatan permisif
8. Kelas sistem sosial kelompok utama

4. Pendekatan buku masak
9. Pendekatan jamak atau pendekatan pluraistik (James M. Cooper,ed, 1990)

5. Pendekatan instruksional



Brophy dan Putnan (Good dan Brophy, 1990) menyebutkan sebagi pendekatan optimal, yaitu sebagai proses pengembangan lingkungan belajar yang dikehendaki dan menekankan sekecil mungkin pembatasan-pembatasan.
Fungsi-fungsi pokok manajemen kelas sebagai berikut :
1. Fungsi preventif
2. Fungsi kuratif
3. Fungsi pemeliharaan
4. Fungsi pengembangan
5. Fungsi fasilitator
6. Fungsi motivator
Kegitan Belajar 4 : Peran Guru dalam Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah proses memperoleh informasi untuk membentuk judgment dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian ada 4 tahap evaluasi yaitu :
1. Tahap persiapan
2. Tahap memperoleh informasi yang diperlukan
3. Tahap membentuk judgment
4. Tahap menggunakan judgment untuk mengambil keputusan
Tahapan yang perlu ditempuh dalam memilih teknik, antara lain :
1. Memilih teknik yang tepat, (Inkuiri, Observasi, Analisis, Tes)
2. Memilih Instrumen yang Paling Baik (Tes, Daftar cek, Skala penilaian, Kuesioner)


MODUL 4 : Peran Guru dalam Bimbingan/ Konseling dan Pengelolaan Stres dalam Pekerjaan


Kegiatan Belajar 1 : Hakikat Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling terjemahan dari “guidance” dan “conseling” yang berarti (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), (4) menyetir (to steer).
Menurut Sherzer dan Stone (1971:40) mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya. Sedangkan menurut Sunaryo Kartadinata (1998:4) mengartikan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.
Bimbingan dapat diartikan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Sedangkan Konseling diatikan sebagai membantu indvidu secara perorangan dalam siituasi hubungan tatap muka, dalam rangka mengembangkan diri atau memecahkan masalah yang dihadapinya.
Fungsi bimbingan konseling, antara laing sebagai berikut :
1. Fungsi Pemahaman, (membantu siswa agar memahami diri)
2. Fungsi preventif, (mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi)
3. Fungsi pengembangan, (bersifat lebih proaktif dari fungsi lain)
4. Fungsi perbaikan, ( kuratif atau penyembuhan)




Asas-asas bimbingan dan konseling natara lain sebagai berikut :

1. Asas kerahasiaan
7. Asas kedinamisan

2. Asas kesukarelaan
8. Asas keterpaduan

3. Asass keterbukaan
9. Asas kenormatifan

4. Asas kegiatan
10. Asas keahlian

5. Asas kemandirian
11. Asas alih tangan

6. Asas kekinian
12. Asas tut wuri handayani

Prinsip-prinsip bimbingan, antara lain :
1. Bimbingan diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkembang
2. Bimbingan diperuntukkan bagi semua siswa
3. Bimbingan dilaksanakan dengan mempedulikan semua segi perkembangan siswa
4. Bimbingan berdasar kepada kemampuan individu untuk menentukan pilihan
5. Bimbingan adalah bagian terpadu dari proses penilaian
6. Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa merealisasikan dirinya
Hubungan bimbingan dengan pendidikan dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 1990, Pasal 25, dan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990, Pasal 27 dikemukan bahwa :
1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan
2. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing


Kegiatan Belajar 2 : Peran Guru dalam Bimbigan dan Koseling
Peran Kepebimbingan Guru dalam Proses Pembelajaran (Pribadi, Sosial, Karier) dapat jelaskan dalam :
1. Bimbingan Belajar
2. Bimbingan pribadi
a. Bersikap peduli kepada anak
b. Bersikap konsisten
c. Mengembangkan lingkungan yang stabil
d. Bersikap permisif
3. Bimbingan sosial
4. Bimbingan karier
Beberapa guru yang dapat dilakukan untuk memperoleh belajar yang sehat, antara lain :
1. Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok
2. Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok dengan melakukan bimbingan
3. Mengadakan kenferensi kasus dengan melibatkan para guru da atau orang tua siswa
4. Menjadi segi kesehatan mental sebagai salah satu evaluasi
5. Memasukan aspek-aspek hubungan nsaniah ke dalam kurikulum sebagai bagian terpadu dari bahan ajaran yang harus disajikan guru
6. Menaruh kepedulian khusus terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran
Teknik-teknik dalam membantu siswa yang kesulitan belajar, antara lain yaitu :
1. Pengajaran remedial
2. Pengayaan
3. Peningkatan motivasi belajar
4. Peningkatan keterampilan belajar
5. Pengembanagan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif


Kegiatan Belajar 3 : Pengertian dan Sumber Stres dalam Pekerjaan Guru
Walter Cannon (1932) mengemukakan bahwa manusia merespons peristiwa stress baik dengan fisik maupun psikis untuk mempersiapkan dirinya (fight or flight response). Dadang Hawari (1997 : 44-45) stress merupakan reaksi fisik terhadap permasalahan kehidupan yang dialaminya, dan apabila fungsi organ tubuh terganggu dinamakan distress, sedangkan depresi merupakan reksi iiwa terhadap stressor yang dialaminya. A. Baum (Sehlley E. Taylor, 2003) stress sebagai “perasaan tdak enak, tidak nyaman, atau tertekan, baik fisik maupun psikis sebagai respons atau reaksi individu terhadap stressor yang mengancam, mengganggu, membebani, atau membahayakan keselamatan, kepentingan, keinginan, atau kesejahteraan hidupnya.”
Faktor pemicu strees (stressor) dalam diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, antara laian :
1. Stressor Fisik – Biologik (penyakit, cacat, dsb)
2. Stressor Psikologik (negative thingking, frustasi)
3. Stressor Sosial (iklim kehidupan keluarga, pekerjaan)


Kegiatan Belajar 4 : Mengelola Stres dalam Pekerjaan
Pengelolaan stress disebut juga dengan istilah coping. Menurut R. S. Lazarus dan Folkman (Taylor, 2003:219) coping adalah proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang ditaksir sebagai beban karena diluar kemampuan diri individu.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Coping antara lain :
1. Dukungan Sosial, menurut House (1981) memiliki 4 fungsi :
a. Emotional support
b. Appraisa support
c. Informational support
d. Instrumental support
2. Kepribadian
a. Hardiness (ketabahan, Daya Tahan), Seuzanne Kobasa (1979) karakteristik :
1) Commitment
2) Internal Locus Control
3) Challange
b. Optimisme
Coping yang konstruktif dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan atau metode, diantaranya sebagai berikut :
1. Rational-Emotive Therapy (mengubah pola piker yang irrasional sehingga mengurangi gangguan emosi atau perilaku maladaptif)
2. Meditasi
3. Relaksasi
4. Mengamalkan ajaran agama sebagai wujud keimanan kepada Tuhan


MODUL 5 . Kode Etik Keguruan dan Penerapannya dalam Berbagai Bidang Kehidupan Guru


Kegiatan Belajar 1 : Pengertian dan Fungsi Kode Etik
Secara etimologis, kode etik berarti pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain kode etik merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai, dan norma yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu.


Canadian Code of Ethics (CCE) mengemukakan 4 asas etis, yaitu :
1. Respect for the dignity of persons (menghargai harkat dan martabat manusia)
2. Responsible caring (kepedulian yang bertanggung jawab)
3. Integrity in relationship (integritas dalam hubungan)
4. Responsibility to society (tanggung jawab kepada masyarakat)
Bigs dan Blocher (1986 : 10) mengemukakan 3 kode etik yaitu :
a. to protect a profession from government interference (melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah)
b. to prevent internal disgreements within a profession (mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi)
c. to protect practitioners in cases of alleged malpractice (melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi)
Sutan Zanti dan Syahnimar Syahrun (1992) mengemukakan 4 fungsi kode etik guru, antara lain sebagai berikut :
1. agar terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
2. untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat, dan pemerintah
3. sebagi pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada profesinya
4. pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugas
Secara umum bahwa fungsi kode etik guru berfungsi sebagai :
a. agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, sehingga terhindar dari penyimpangan profesi
b. agar guru bertanggung jawab atas profesinya
c. agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal
d. agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, sehingga jasa profesi guru diakui dan digunakan masyarakat
e. agar profesi ini membantu dalam memecahkan maslah dan mengembangkan diri
f. agar profess guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah




Kegiatan Belajar 2 : Deskripsi Kode Etik Keguruan dalam Pelaksanaan Tugas Berbagai
Bidang Kehidupan


Kode Etik Guru Indonesia berpedoman kepada dasar-dasar sebagai berikut :
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagi bahan melakukan bimingan dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk memina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan seprofesinya, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.
8. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan
Penerapan Kode Etik Guru dalam pelaksanaan tugasnya antara lain :
1. Multi Peran dan Tugas Guru dalam Proses Pembelajaran
Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994:262) mengemukakan peran guru sebagai manajer, pemandu, organisator, loordinator, komunikator, fasilitator, dan motivator dalam pembelajaran. Abin Syamsuddin (1999) mengemukakan 7 peran dan tugas guru dalam pembelajaran yaitu konservator, innovator, transmitor, transformator, organisator, dan planner.
2. Penerapan Kode Etik Guru dalam Pelaksanaan Tugasnya


Penerapan kode etik guru dalam keluarga sedkitnya memiliki 4 fungsi, yaitu sebagai pedoman bagi guru dalam :
1. Membentuk anggota keluarga menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila
2. Menanamkan kejujuran pada anggota keluarga
3. Memupuk semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan anggota keluarga
4. Mendorong partisipasi anggota keluarga dalam menyukseskan jalannya pendidikan


MODUL 6 . Refleksi dalam Tugas dan Pengembangan Profesi melalui Organisasi


Kegiatan Belajar 1 Refleksi dalam Tugas dan Berbagai Bentuknya
Refleksi professional kependidikan, pada hakikatnya mengacu kepada kemampuan dan kesanggupan guru merenungkan, memahami dan menyadari pengalaman diri selama menggeluti profesi kependidikan.
Agar ada kesuaian Tujuan Pendidikan Jangka Panjang (TPJP), Tujuan Utuh Pendidikan (TUP) dengan Tugas Yang Dirancang (TYD) diperlukan tindakan-tindakan yang sistematik. Tindakan tersebut dilakukan pada :
1. Tingkat structural (organisasi penyelenggara system pendidikan nasional di tingkat pusat dan daerah)
2. Tingkat institusional (satuan pelaksanaan penyelenggaraan system pendidikan, baik jalur, jenjang, jenis persekolahan maupun luar sekolah)
3. Tingkat operasional (satuan pelaksana kegiatan proses pembelajaran dan pendidikan pada jalur, jenjang, jenis persekolahan dan pendidikan luar sekolah)


Kegiatan Belajar 2 : Organisasi Profesi Guru

Statistika Pendidikan


Statistika Pendidikan




Statistika adalah metode ilmiah yang mempelajari pengumpulan, pengaturan, perhitungan, penggambaran dan penganalisisan data, serta penarikan kesimpulan yang valid berdasarkan penganalisisan yang dilakukan dan pembuatan keputusan yang rasional.
Menurut fungsi:
- Statistika inferensial/induktif : statsitika yang menyangkut kesimpulan yang valid, biasanya memasukkan unsur peluang dalam menarik kesimpulan
- Statistika deskriptif/deduktif : hanya menggambarkan dan menganalisis kelompok data yang diberikan tanpa penarikankesimpulan mengenai kelompok data yang lebih besar.
Macam Data
1. Menurut sifat
a. Data kualitatif, data yang berbentuk kategori/atribut
- harga emas hari ini mengalami kenaikan
- sebagian dari produksi barang “A” pada perusahaan “X” rusak
b. Data kuantitatif, data yang berbentuk bilangan
- luas bangunan hotel itu adalah 5700m2
- tinggi badan Sandy mencapai 170cm
1) Data diskrit, data yang diperoleh dengan cara menghitung atau membilang
- banyak kursi yang ada di ruangan ini ada 75 buah
- jumlah siswa yang mengikuti mata kuliah ini mencapai 100 orang
2) Data kontinu, data yang diperoleh dengan cara mengukur
- panjang benda itu adalah 10 cm
- berat badan Adi adalah 50 kg
2. Menurut cara memperoleh
a. Data primer, data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi serta diperoleh langsung dari objeknya
- Pemerintah melalui BPS ingin mengetahui jumlah pendudukan Indonesia, maka BPS mengirimkan petugas-petugasnya untuk mendatangi secara langsung rumah tangga yang ada di Indonesia
b. Data skunder, data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya data itu dicatat dalam bentuk publikasi-publikasi
- Misalkan seorang peneliti memerlukan data mengenai jumlah penduduk di sebuat kota dari Tahun 1960-1970, maka orang itu dapat memperolehnya di BPS
Untuk memilih sampel dari suatu populasi dapat dilakukan dalam dua cara:
1. Cara acak, pemilihan sejumlah anggota dari populasi yang dilakukan sedemikian rupa sehingga anggota-anggota populasi itu mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Penilaian seperti ini bersifat objektif
Cara acak dapat dilakukan dengan cara:
a. Undian
b. Tabel bilangan acak
2. Cara tidak acak, setiap anggota tidak mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Pemilihan anggota bersifat subjektif.


Pembulatan bilangan
Aturan 1. Jika angka terkiri dari angka yang harus dihilangkan kurang dari 5 maka angka terkanan dari angka yang mendahuluinya tetap (tidak berubah)
- 50,15 ton dibulatkan hingga satuan terdekat menjadi 50 ton.
Angka-angka yang harus dihilangkan 15 dan angka terkiri dari 15 adalah 1 (< 5), maka angka terkanan yang mendahului 15, yaitu 0, tetap
Aturan 2. Jika angka terkiri dari angka yang harus dihilangkan > 5 diikuti oleh angka-angka bukan nol semua, maka angka terkanan dari angka yang mendahuluinya +1
- 6895 kg dibulatkan hingga ribuan kg menjadi 7000 kg.
Angka-angka yang harus dihilangkan 895 dan angka terkiri dari 895 adalah 8 (<5), maka angka terkanan yang mendahului 895, yaitu 6, bertambah satu, menjadi 7.
- 50,15001 dibulatkan hingga persepuluhan menit terdekat menjadi 50,2
Aturan 3. Jika angka terkiri dari angka yang harus dihilangkan sama dengan 5 atau angka 5 diikuti oleh angka-angka nol semua maka angka terkanan dari angka yang mendahuluinya tetap jika angka tersebut gena, dan +1 jika angka tersebut ganjil.
- 14,35 gram dibulatkan hingga persepuluh gram terdekat menjadi 14,4 gram
Dalam hal ini angka yang harus dihilangkan adalah 5 maka angka terkanan yang mendahului 5, yaitu 3 bertambah satu menjadi 4 (karena 3 merupakan angka ganjil)
- 24,5000 cm dibulatkan hingga satuan cm menjadi 24 cm

Rumus sigma (Scan)







Distribusi Frekuensi

65
72
67
82
72
91
67
73
71
70

85
87
68
86
83
90
74
89
75
61

65
76
71
65
91
79
75
69
66
85

95
74
73
68
86
90
70
71
88
68



· Rentang (nilai terbesar – nilai terkecil) = 95 – 61 = 34
· Banyak kelas = k = 1 + (3,3 x log n)
= 1 + (3,3 x log 40)
= 6,2868
Banyak kelas bisa 6 atau 7. diambil 7
· Panjang kelas p = = 4,86, karena datanya diambil dalam bil bulat, maka diambil 5
· BB kls inv I = UB - satuan terkecil = 61 – 0,5 = 60,5
· BA kls inv I = UA + satuan terkecil = 65 + 0,5 = 65,5
Tabel distribusi frekuensi



Byk mhsiswa
Xi =
Tabel dist frekuensi relatif
fRi (%)





61-65



P = 5

4
63
fR1= x 100 = 10





66-70
9
68


fR2= x 100 = 22,5





71-75
11
73
fR3= x 100 = 27,5





76-80
2
78
fR4= x 100 = 5





81-85
4
83
fR5= x 100 = 10





86-90
7
88
fR6= x 100 = 17,5





91-95
3
93
fR7= x 100 = 7,5







40


100




A. Tabel frekuensi “kurang dari”
a. Untuk kelas interval I (kurang dari 61)
Karena tdk ada nilai data yang kurang dari 60, maka frekuensi kumulatifnya 0 (nol)
b. Untuk kelas interval II (kurang dari 66) = 4
c. Untuk kelas interval III (kurang dari 71) = 4+9 = 13
d. Untuk kelas interval IV (kurang dari 76) = 5+9+11 = 24
e. Untuk kelas interval V (kurang dari 81) = 4+9+11+2 = 26
f. Untuk kelas interval VI (kurang dari 86) = 4+9+11+2+4 = 30
g. Untuk kelas interval VII (kurang dari 91) = 4+9+11+2+4+7 = 37
h. Untuk kelas interval VIII (kurang dari 96) = 4+9+11+2+4+7+3 = 40



Fi

Kurang dari 61
Kurang dari 66
Kurang dari 71
Kurang dari 76
Kurang dari 81
Kurang dari 86
Kurang dari 91
Kurang dari 96
0
4
13
24
26
30
37
40



B. Tabel frekuensi “atau lebih”
a. Untuk kelas interval I (61 atau lebih) = 4+9+11+2+4+7+3 = 40
b. Untuk kelas interval II (66 atau lebih) = 9+11+2+4+7+3 = 36
c. Untuk kelas interval III (71 atau lebih) = 27
d. Untuk kelas interval IV (76 atau lebih) = 16
e. Untuk kelas interval V (81 atau lebih) = 14
f. Untuk kelas interval VI (86 atau lebih) = 10
g. Untuk kelas interval VII (91 atau lebih) = 3
h. Untuk kelas interval VIII (96 atau lebih) = 0



Fi

61 atau lebih
66 atau lebih
71 atau lebih
76 atau lebih
81 atau lebih
86 atau lebih
91 atau lebih
96 atau lebih
40
36
27
16
14
10
3
0



Histogram & Poligon Frekuensi
- dibuat berdasar daftar distribusi frekuensi terkelompok
- Histogram bentuknya mirip diagram batang
- Poligon bentuknya mirip diagram garis



f

61-65
4

66-70
9

71-75
11

76-80
2

81-85
4

86-90
7

91-95
3



40








Ogive (Ozaiv)
- Dibuat berdasarkan daftar distribusi frekuensi kumulatif
- Ogive positif dibuat dari data dalam tabel distribusi frekuensi kumulatif ”kurang dari”
- Ogive negatif dibuat dari data dalam tabel distribusi frekuensi kumulatif ”atau lebih”


Tabel distribusi frekuensi kumulatif ”kurang dari”



Fi

Kurang dari 61
Kurang dari 66
Kurang dari 71
Kurang dari 76
Kurang dari 81
Kurang dari 86
Kurang dari 91
Kurang dari 96
0
4
13
24
26
30
37
40



Tabel distribusi frekuensi kumulatif ”atau lebih”



Fi

61 atau lebih
66 atau lebih
71 atau lebih
76 atau lebih
81 atau lebih
86 atau lebih
91 atau lebih
96 atau lebih
40
36
27
16
14
10
3
0



Rata-rata Hitung



x : titik tengah kelas interval


AM : rata-rata sementara (duga)
p : panjang kelas interval
d = ( )


Ø x =





f
xi
f.xi
d
f.d

21-25
4
23
92
-2
-8

26-30
16
28
448
-1
16

31-35
18
33
598
0
0

36-40
12
38
456
1
12

41-45
6
43
258
2
12

46-50
4
48
192
3
12



∑f = 60


∑f . x = 2040


12



Ø x = = = 34


Ø x = AM + . p = 33 + . 5 = 34


Nilai Rata-rata Ukur



Nilai Rata-rata Harmonis



Nilai Rata-rata Kuadratis (NKR)
Biasanya digunakan dalam ilmu-ilmu fisika dan teknik yang ada hubungannya dengan fisika.



Modus
- Tentukan kelas modus (kelas yang frekuensinya paling besar)
- Mo = BbMo + p ()


BbMo = batas bawah kelas interval yang mengandung modus
B1 = selisih frekuensi yang mengandung modus dengan frekuensi sebelumnya (jika data urut dari kecil→besar)
B2 = selisih frekuensi yang mengandung modus dengan frekuensi sesudahnya (jika data urut dari kecil→besar)
p = panjang kelas interval


Median
Ukuran yang membagi data menjadi dua bagian yang sama setelah diurutkan
1. 8 , 10 , 4 , 6 , 15, 20 , 7 , 12 , 3 (n=9 (ganjil)





Urutkan dulu : 3 , 4 , 6 , 7 , 8 , 10 , 12 , 15 , 20





Me = X = X = X5 = 8




2. 4 , 7 , 10 , 15 , 16 , 20 (n=6 (genap)




Me = = 12,5
Langkah mencari median:
- Tentukan kelas median
- Me = BB + () p = BB + () p

Data
f
fk

50-54
6
0

55-59
9
6

60-64
10
15

65-69
4
25

70-74
6
29



- Me = 59,5 + . 5 = 60,75
- Kelas median = 60-64
- BB = 59,5


Hubungan empiris antara x , Me dan Mo



Kuartil (perempatan) / Desil (persepuluhan) / Presentil
A. Untuk Data Tunggal
Tentukan K1, K2 dan K3

Data
5 , 4 , 5 , 20 , 20 , 17 , 21 , 26 , 21 , 36
21 , 24 , 21 , 25 , 37 , 24 , 22 , 24 , 22 , 37

Data diurutkan dulu
4 , 5, 5, 17, 20, 20, 21, 21, 21, 21
22, 22, 24, 24, 24, 25, 26, 36, 37, 37

a. Letak Ki = (n + 1)
Letak K1 = (20 + 1 ) = 5,25
Antara data ke-5 dan ke-6
Nilai K1 = X5 + 0,25 (X6 – X5)
= 20 + 0,25 (20 – 20) = 20
b. Letak K2 = (20 + 1 ) = 10,5
Antara data ke-10 dan ke-11
Nilai K2 = X10 + 0,5 (X11 – X10)
= 21 + 0,5 (22-21) = 21,5
c. Letak K3 = (20 + 1 ) = 15,75
Antara data ke-15 dan ke-16
Nilai K3 = X15 + 0,75 (X16 – X15)
= 24 + 0,75 (25-24) = 24,75
RAK (rentang antar kuartil)
RAK = K3 – K1 = 24,75 – 20 = 4,75
RSK (rentang semi kuartil)
RSK = (K3 – K1) = (24,75 – 20) = 2,375
Dari soal No. 1, tentukan Desil ke-3, Desil ke 7
a. Letak desil ke-3 (D3)
Di = (n + 1) → D3 = (20 + 1) = 6,3
Nilai D3 = X6 + 0,3 (X7 - X6) = 20 + 0,3 (21-20) = 20,3
b. Letak D7 = (20 + 1) = 14,7
Nilai D7 = X14 + 0,7 (X15-X14) = 24 + 0,7 (24-24) = 24
Dari soal No. 1, tentukan persentil ke-90
Letak Pi = (n + 1)
Letak P90 = (20 + 1) = 18,9
Nilai P90 = X18 + 0,9 (X19 – X18) = 36 + 0,9 (37-36) = 36,9


B. Untuk Data Terkelompok
Tentukan K1, K2 dan K3

Data
f
F/Fk

51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
3
6
10
7
4
3
9
19
26
30




Buat kolom tambahan (frek kumulatif) dulu

N = 30 → N = 7,5
N = 15
N = 22,5
a. Kelas K1 = kelas yang memuat X N = (61-70)
Bb1 = 60,5
K1 = Bb1 () . p
= 60,5 () . 10
= 68


b. Kelas K2 = (71-80)
Bb2 = 70,5
K2 = Bb2 () . p
= 70,5 () . 10
= 76,5
c. Kelas K3 =(81-90)
Bb3 = 80,5
K3 = Bb3 () . p
= 80,5 () . 10
= 85,5


Tentukan persentil ke-12

Data
f



Buat kolom tambahan (frek kumulatif) dulu

F/Fk

46-48
49-51
52-54
55-57
58-60
7
13
10
14
6
7
20
30
44
50

N = 50 → N = 50 = 6
Kelas P12 = 46-48
= BB+ (). P
= 48,09 → 48,10

RANGKUMAN PDGK 4401 MATERI DAN PEMBELAJARAN PKn SD


Resum Makul PKn SD



Paradigma Baru PKn di SD


Kegiatan Belajar 1 : Karakteristik Warga Negara yang Demokratis
Demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung (perwakilan) setelah adanya proses pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Dalam sistem pemerintahan demokrasi kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Alamudi (1991) demokrasi bukan hanya seperangkat gagasan dan prinsip kebebasan, tetapi juga mencakup seperangkat praktik dan prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku sehingga demokrasi sering disebut suatupelembagaan dari kebebasan.
Soko guru demokrasi menurut Alamudi (1991) antara lain yaitu : 1) Kedaulatan rakyat, 2) pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah, 3) kekuasaan mayoritas 4) hak-hak minoritas, 5) jaminan hak asasi manusia, 6) pemilihan yang bebas dan jujur, 7) persamaan di depan hukum, 8) proses hokum yang wajar, 9) pembatasan pemerintah secara konstitusional, 10) pluralisme sosial, ekonomi dan politik, 11) nilai-nilai toleransi, pragmatism, kerja sama dan mufakat.
Ahmad Sanusi (1999) mengidentifikasi 10 pilar demokrasi konstitusional Indonesia yang digali dari filsaafat dan ideology Negara Pancasila dan UUD 1945, yaitu : 1) ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, 2) melindungi dan memajukan hak asasi manusia, 3) mewujudkan kedaulatan rakyat, 4) meningkatkan kecerdasan bangsa, 5) menerapkan pembagian kekuasaan Negara, 6) mengembangkan otonomi daerah, 7) menegakkan supremasi hukum (Rule of Law), 8) menerapkan peradilan yang bebas, 9) mewujudkan kesejahteraan rakyat, 10) mewujudkan keadilan sosial.
Cogan (1998) karakteristik warga Negara meliputi :
1. Kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global
2. Kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat
3. Kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaan-perbedaan budaya
4. Kemampuan berpikir kritis dan sistematis
5. Kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan
6. Kemauan mengubah gaya hidup dan pola makanan yang sudah biasa guna melindungi lingkungan
7. Memiliki kepekaan terhadap dan mempertahankan hak asasi manusia.
8. Kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintahan lokal, nasional, dan internasional
Suryadi dan Sumardi (1999) mengemukakan pendidikan kewarganegaraan dengan paradigma baru dalam masyarakat demokratis, antara lain :
1. SistemPersonal, yaitu sistem pada orang yang menjadi subjek dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara, yang terdiri atas ”pemerintah dan yang diberi perintah”.
2. SistemKelembagaan, yaitu lembaga Negara dan lembaga pemerintahan menurut konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. SistemNormatif, yaitu sistem hukum dan perundang-undangan yang mengatur tata hubungan Negara dan warga Negara
4. SistemKewilayahan, yaitu seluruh wilayah territorial yang termasuk ke dalam yuridiksi Negara Indonesia.
5. Sistem Ideologis, yaitu ide dasar penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Materi PKn dalam paradigm baru memuat komponen pengetahuan, keterampilan, dan disposisi kepribadian warga Negara yang fungsional, bukan hanya dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan juga dalam masyarakat era global.
Kewarganegaraan dalam demokrasi konstitusional berarti bahwa setiap warga Negara :
1. Merrupakan anggota penuh dan sederajat dari sebuah masyarakat yang berpemerintahan sendiri,
2. Diberi hak-hak dasar dan dibebani tanggung jawab.
Keterampilan intelektual bagi terbentuknya warga Negara yang berwawasan luas, efektif dan tanggung jawab antara lain : ketarampilan berpikir kritis yang meliputiketerampilan mengidentifikasi, dan mendeskripsikan ; menjelaskan dan menganalisis ;mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan sikap atau pendapat berkenaan dengan persoalan publik.




Kegiatan Belajar 2 : Model Pembelajaran PKn untuk Pengembangan Warga Negara yang Demokratis


Tujuan PKn dengan paradigma baru perlu disusun materi dan model pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan dan harapan PKn, yakni mengembangkan kecerdasan warga Negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, dan sosial, mengembangkan tanggung jawab warga Negara (civic responsibility), serta mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagai warga Negara (civic participation) guna menopang tumbuh kembangnya warga Negara yang baik.
Pembelajaran Pkn membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi, sehingga guru perlu mempersiapkan pembelajaran PKn yakni dengan bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran
PKn paradigma baru dalam bentuk Standar isi berprinsip kurikulum KTSP. Ada 4 isi pokok pendidikan kewarganegaraan, yaitu :
1. Kemauan dasar dan kemampuan kewarganegaraan sebagai sasaran pembentukan
2. Standar materi kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pembelajaran
3. Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan
4. Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai rujukan alternatif bagi guru
Portofolio adalah suatu kumpulan siswa dengan maksud tertentu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Portofolio dalam PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun baik yang menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji mereka.
Langkah-langkah pembelajaran PKn berbasis portofolio adalah 1) mengidentifikasi masalah yang akan dikaji, 2) mengumpulkan dan menilai informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang dikaji, 3) mengkaji pemecahan masalah, 5) membuat rencana tindakan.










MODUL 2
Materi dan Pembelajaran Individu sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa, Makhluk Sosial dan Warga Negara Indonesia


Kegiatan Belajar 1 : Individu sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa
Dalam pembahasan tentang materi individu sebagai insan Tuhan Yang Maha Esa difokuskan sebagai warga Negara yang menganut agama, dan berperilaku baik secara horizontal juga vertikal sesuai dengan keyakinannya. Misalnya Islam beribadat di masjid, Katolik dan Protestan beribadat di gereja, Hindu beribdat di Kelenteng, Budha beribadat di Pura.
Agama Islam mengajarkan bahwa belum sempurna iman seseorang kalau kasih sayang kepada orang belum sama dengan kasih sayang kepada dirinya. Bahkan mengajarkan salah satu ciri orang beriman adalah orang yang mencintai negaranya.
Agama Kristen Katolik mengajarkan bahwa tujuan Tuhan menciptakan manusia untuk kebahagiaan manusia, dosa menghancurkan kebahagiaan manusia, dan Yesus Kristus pembebas manusia dari dosa.
Agama Hindu dikenal dengan ajaran yang tersirat dalam “Sloka Mokasarthan jagat hitaca iti dharma” artinya tujuan agama (dharma) ialah tercapainya kesejahteraan dunia (jagat hita) dan kebahagiaan spiritual (moksa). Selanjutnya dirinci menjadi empat yang disebut “Catur Purusa Artha” (empat tujuan hidup manusia), yaitu: 1) Dharma, 2) Artha, 3) Kama, 4) Moksa.
Agama Budha dikenal dengan ajaran Catur Paramitha yaitu empat sifat luhur di dalam hati nurani manusia, yaitu Metta atau Meitri, Karuna, Mudita, dan Upekha.


Kegiatan Belajar 2 : Individu sebagai Makhluk Sosial
Untuk menjalin hubungan satu sama lain memerlukan aktivitas komunikasi. Kecenderungan manusia berkeinginan untuk hidup serasi sebagai timbal balik satu sama lain karena manusia mempunyai dua hasrat, yaitu berkeinginan menjadi satu dengan manusia yang lainnya, dan berkeinginan menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.(Soerjono Soekanto;1990).
Dalam kehidupan berkelompok daan dalam hubungannya dengan manusia yang lain, pada dasarnya setiap manusia menginginkan bebrapa niai. Harold Lasswell merinci ada delapan nilai yang terdapat dalam masyarakat, yaitu :
1. Kekuasaan,
2. Pendidikan/ penerangan (enlightment)
3. Kekayaan (wealth)
4. Kesehatan (well-being)
5. Keterampilan (skill)
6. Kasih saying (affection)
7. Kejujuran (rectitude) dann Keadilan (rechtschapenheid)
8. Keseganan, respek (respect)
Menurut Robert Mac Iver “Society means a system of ordered relations” yang berarti masyarakat suatu sistem hubungan-hubungan yang ditertibkan. Sedangkan menurut Harold J. Laski “A society is a group of their mutual wants” artinya masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan bekerja sama untuk memuaskan keinginan mereka bersama.
Dalam kehidupan bermasyarakat ada beberapa norma yang perlu ditaati yaitu norma agama, kesusilaan, kesopanan, dan hokum. Bangsa Indonesia dikenal dengan kemajemukannya baik suku bangsa, suku bahasa, budaya dan agama. Dalam kondisi seperti ini diperlukan character building agar perbedaan itu bukan merupakan faktor pemisah, akan tetapi merupakan kekayaan bangsa serta dipupuk rasa kebersamaan dan persatuan yang semakin kokoh.


Kegiatan Belajar 3 : Individu sebagai Warga Negara Indonesia
Ada beberapa pengertian Negeri, yaitu :
1. Miriam Budiarjo, “suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan yang sah dan ditaati oleh rakyatnya”.
2. Roger H. Soltau “alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat”.
3. Harold J. Laski “suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secar sah lebih agung dari pada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu”.
4. Max Weber “suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah”.
5. Robert M. Maclver “Asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan sistem hokum yang diselenggrakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa”.
Menurut Coogan (1998) mengelompokkan warga Negara ke dalam 5 kategori, yaitu :
1. A sense of identify (warga Negara harus memiliki identitas atau jati diri)
2. The enjoyment of certaint rights (warga Negara memiliki hak-hak teretentu)
3. The fulfillment of corresponding obligation (warga Negara memiliki kewajiban yang menjadi keharusan dan seimbang antara pribadi dan publik)
4. A degree of interest and involvement in public affairs (memiliki tanggung jawab untuk berpartisipasi demi kepentingan umum)
5. An acceptance of basic sociental values (memiliki sikap menerima nilai-nilai dasar kemasyarakatan)
Karakteristik yang perlu dimiliki warga Negara menurut Coogan, yaitu sebagai berikut :
1. Ability to look at and approach problem as a member of a global society (Kemampuan mengamati dan melakukan pendekatan terhadap masallah atau tantangan sebagai masyarakat global)
2. Ability to work with others in a cooperative way and to take responsibility for one’s roles/duties within society(Kemampuan bekerja sama dengan orang lain dengan memkul tanggung jawab atas peran dan kewajibannya dalam masyarakat)
3. Ability to understand, accept, and tolerate cultural differences (Kemampuan memahami, menerima dan toleran terhadap perbedaan budaya)
4. Capability to think in a critical and systematic way (Kemampuan berpikir secara kritis dan sitematis)
5. Willingness to resolve conflict in a non-violent manner (Kemampuan menyelesaikan konflik tanpa kekerasan)
6. Willingness to change one’s lifestyle and consumption habits to protect the environment(Kemampuan mengubah gaya hidup dan kebiasaan konsumtif guna melindungi lingkungan)
7. Ability to be sensitive towards and to defend human rights (leg, rights of women, ethnic minorities, etc) Berarti (Kemampuan peka terhadap hak asasi manusia, berani menegakkan hak asasi manusia juga melaksanakan kewajibannya)
8. Willingness and ability to participate in politics at local, national, and intenational levels(Kesadaran dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkat lokal, nasional dan internasional.
Kegiatan Belajar 4 : Pembelajaran Individu sebagai Insan Tuhan, Makhluk Sosial,
dan Warga Negara Indonesia
Menurut S Winataputra (1999) untuk mengetahui pengetahuan moral yang dapat diserap siswa dalam pengembangan paradigma baru pendidikan Pkn yaitu :
1. Rekonseptualisasi jati diri PKn atas dasar kajian teoritik dan empiric
2. Perumusan asumsi progmatik tentang masyarakat madani Indonesia, warga Negara Indonesia, pendidikan untu warga Negara, tantangan masa depan Indonesia
3. Perumusan kompetensi kewarganegaraan Indonesia atas dasar asumsi progmatik
4. Penegmbangan paradigma baru PKn dalam msyarakat dan Negara Indonesia
5. Pengidentifikasian sarana pendukung yang diperlukan untuk mewujudkan paradigm baru Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam pembelajaran materi individu sebagai Insan Tuhan, Makhluk Sosial dan Warga Negara tidak lepas dari strategi, metode, media dan evaluasi. Salah satu pembaharuan dalam PPKN 1999/ PKn baru ialah strategi pembelajarannya tidak hanya mempelajari meteri pelajaran, tetapi mempelajari materi dan sekaligus praktek, berlatih dan mampu mebakukan diri bersikap dan berperilaku sebagai materi yang akan dipelajari.
Kosasih Djahri (1999) memberikan penjelasan dalam CICED (Center for Indonesian Civic Education) bahwa strategi yang harus digelar guru hendaknya sebagai berikut :
1. Membina dan menciptakan keteladanan baik fisik dan materiil
2. Membiasakan/ membakukan atau mempraktekkan yang diajarkan
3. Memotivasi minat/gairah untuk terlibat dalam proses belajar, untuk dikaji lanjutan dan mencoba membiasakan
Dalam pembelajaran materi individu sebagai Insan Tuhan, Makhluk Sosial dan Warga Negara tidak lepas dari :
1. Strategi (Keteladanan, mempraktekkan, dan memberikan motivasi pada siswa)
2. Metode (Disesuaikan dengan kondisi siswa dan tidak membosankan, yang penting efektif dan efisien)
3. Media (Menggunakan gambar, langsung berkunjung, menggunakan contoh)
4. Evaluasi (Menggunakan model evaluasi portofolio).
Kosasih Djahri menganjurkan evaluasi merupakan dari proses belajar, maka evaluasi tidak hanya formatif atau sumatif tetapi dilakukan pra dan sepanjang proses KBM melalui berbagai model alat serta kegiatan secara terarah dan terkendali.
MODUL 3
Materi dan Pembelajaran Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia dan Semangat Kebangsaan


Kegiatan Belajar 1 : Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia dan Semangat Kebangsaan
Secara harfiah ada tiga pengertian penjuangan, yaitu :
(1) Perjuangan identic dengan perkelahian untuk merebut sesuatu atau peperangan untuk mencapai dan mempertahankan kemerdekaan.
(2) Usaha yang penuh dengan kesuliatan dan bahaya
(3) Dalam politik, perjuangan berarti wujud interaksi sosial, termasuk persaingan, pelanggaran dan konflik
Konsep kebangsaan menunjukkan ciri-ciri yang menandai golongan bangsa (nation) atau kesadaran diri sebagai warga dari suatu Negara. Paham yang mendasarkan diri pada perasaan kebangsaan atau ajaran untuk mencintai bangsa dan Negara sendiri disebut nasionalisme (nasionalism).
Ernest Renan mengungkapkan bangsa adalah sekelompok masyarakat yang bersatu atau dipersatukan karena adanya persamaan nasib dan pengalaman di masa lampau dan mempunyai cita-cita serta tujuan yang sama untuk kehidupan di masa depan.
Pokok-pokok peraturan Tanam Paksa (Curtuur Stesel) oleh Van Den Bosch tahun 1928 adalah sebagai berikut :
1. Petani diwajibkan menyediakan 1/5 dari tanahnya yang akan ditanami dengan tanaman wajib (Taruma atau nila, tebu, tembakau, kopi) yang akan diperdagangkan oleh Pemerintah
2. Hasil tanaman wajib diserahkan kepada pemerintah dengan harga yang ditetapkan pemerintah
3. Tanah yang dikenakan tanaman wajib dibebaskan dari pajak tanah
4. Tenaga yang diperuntukkan bagi pemeliharaan tanaman wajib, tidak boleh melbihi tenaga kerja demi penggarapan tanah sawah
5. Yang tidak memiliki tanah, dikenakan wajib kerja di perkebunan selama 65 hari per tahun
6. Kerusakan tanaman wajib di luar kesalahan petani ditanggung oleh pemerintah
Munculnya kesadaran berbangsa dan bernegara bagi rakyat di nusantara yang sama-sama ada dalam penjajahan ditandai oleh masa perjuangan kebangsaan di Indonesia yang terbagi atas lima dimensi, yakni 1) Pergerakan Politik, 2) Pergerakan Serikat Sekerja, 3) Pergerakan Keagamaan, 4) Pergerakan Wanita, 5) Pergerakan Pemuda.
Pergerakan pada masa penjajahan belanda dibagi menurut kurun waktu, yaitu sebagai berikut :
1. Tahun 1908 – 1920 (muncul organisasi Indonesia yang terdiri atas udi Utomo, Serikat Islam, perkumpulan-perkumpulan berdasarkan kedaerahan dan perkumpulan campuran)
2. Pergerakan Politik Tahun 1920 – 1932 (organisai Indonesia meliputi Partai Komunis Indonesia, Serikat Islam, Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia, Studieclub-studieclub, Partai Nasional Indonesia, perkumpulan yang berdasarkan kedaerahan, dan golongan berdasarkan keagamaan
3. Pergerakan Politik Tahun 1930 – 1942 (Pendidikan Nasional Indonesia, Partai Indonesia, Gerindo, Partai Persatuan Indonesia, budi Utomo, Partai Rakyat Indonesia, Persatuan Bangsa Indonesia, Partai Indonesia Raya, PSII, Parii, Penyedar, PII dan PSII ke-2, perkumpulan berdasarkan kedaerahan, golongan berdasarkan keagamaan, GAPI, Majelis Rakyat Indonesia)


Kegiatan Belajar 2 : Pembelajaran Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia dan Semangat Kebangsaan
Memahami dan mengerti sejarah sangat penting bagi suatu bangsa agar bangsa tersebut dapat mengambil hikmah dari kejadian masa lalu. Sejarah merupakan peristiwa politik pada masa lalu dan peristiwa politik masa kini akan menjadi sejarah pada masa mendatang.
Membelajarkan sejarah kepada siswa pada hakikatnya adalah membantu siswa meningkatkan keterampilan berpikir melalui kajian peristiwa masa lampau.
Menurut Savage & Amstrong (1996) menyatakan bahwa pengajaran sejarah yang baik adalah pengajaran yang dapat membuat anak peka (sensitif) bahwa orang tidak akan mengalami peristiwa serupa dengan cara yang sama di masa mendatang.
Sejarah yang baik selalu didasarkan pada hasil pengkajian yang teliti terhadap bukti yang disesuaikan dengan usia, perkembangan, dan tingkat kecerdasan siswa. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan agar siswa berpikir kritis, yaitu :
1. Validitas Eksternal (menggunakan isu autentik)
2. Validitas Internal (menentukan akurasi informasi yang ada dalam catatan sejarah)


MODUL 4
Materi dan Pemberdayaan Keragaman Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
dan Kebangsaan sebagai Bangsa Indonesia


Kegiatan Belajar 1 : Keragaman Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia yang tertulis dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular. Tahun 1908 telah dirintis Boedi Utomo yang didirikan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo, dan pada tanggal 28 Oktober 1928 dicetuskan ikrar sumpah pemuda yang bersamaan dinyanyikan lagu “Indonesia Raya” ciptaan WR. Supratman
Kebhinekaan yang ada di Indonesia selain emrupakan potensi juga merupakan tantangan yang harus diupayakan penyelesainnya. Tantangan tersebut semakin terasa dalam menghadapi krisis multidimensional yang telah menjelma menjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Awan Mutaqin (1992; 49-50) menyatakan bahwa konstruksi keragaman kebudayaan bangsa Indonesia dapat dirumuskan berdasarkan nilai adaptasi ekologis, sistem kemasyarakatan dan berbagai pengaruh unsur-unsur dari luar, dengan rincian : 1) Budaya berkebun sederhana, 2) Budaya berladang dan bersawah, 3) Budaya bersawah, 4) Budaya Masyrakat Kota, 5) Budaya Metropolitan.
Koentjaraningrat (1993 : 384) ada 4 aspek yang harus diperhatikan dalam menganalisis hubungan antar suku bangsa dan golongan, yaitu :
1. Sumber-sumber konflik
2. Potensi untuk toleransi
3. Sikap dan pandangan dari suku bangsa atau golongan terhadap sesuatu suku bangsa atau golongan
4. Kondisi masyarakat dimana hubungan dan pergaulan antar suku bangsa atau golongan tersebut berlangsung.
Kontjaraningrat juga mengatakan sumber-sumber konflik di Negara berkembang termasuk Indonesia ada 5, yaitu :
1. Konflik terjadi apabila warga dari dua suku bangsa masing-masing bersaing dalam mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama
2. Warga dari satu suku bangsa memaksakan unsur dari kebudayaan kepada suku bangsa yang lain
3. Konflik yang fanatik apabila suku bangsa memaksakan konsep agamanya terhadap suku bangsa yang lain
4. Suku bangsa berusaha mendominasi suku bangsa lain secara politis
5. Potensi konflik terpendam dalam hubungan antara suku suatu bangsa bermusuhan secara adat.
Namun demikian, terdapat 2 potensi suku bangsa untuk bersatu, yaitu :
1. Warga dari kedua suku bangsa dapat saling bekerja sama secara sosial ekonomi
2. Warga dari kedua suku bangsa dapat hidup berdampingan dapat menetralisasi hubungan apabila akan terjadi konflik


Kegiatan Belajar 2 : Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia
Indonesia adalah Negara kesatuan yang terdiri dari beribu-ribu pulau, baik pulau besar ataupun pulau kecil yang jumlahnya 17.508 buah sehingga mendapat julukan Nusantara. Indonesia adalah Negara yang terletak anta 2 samudra hindia dan samudra pasifik dan 2 benua asia dan benua Australia.
Menurut Ernest Renan, bangsa Indonesia terbentuk dari orang-orang yang mempunyai persamaan latar belakang sejarah, pengalaman serta perjuangan yang sama dalam mencapai hasrat untuk bersatu.
Terbentuknya bangsa dapat disimpulkan atas beberapa kesamaan seperti :
1. Latar belakang sejarah
2. Pengalaman
3. Perjuangan dalam mencapai kemerdekaan
4. Keturunan
5. Adat istiadat
6. Bahasa
Ikatan Yuridis bangsa Indonesia terdapat di berbagai rumusan yang tertuang dalam berbagai bentuk peraturan perundang-undangan di Indonesia, seperti Pembukaan UUD 1945, batang tubuh UUD 1945, Ketetapan MPR, dan berbagai peraturan Perundang-undangan lainnya.
Bangsa Indonesia mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan dengan bangsa lain, diantaranya sebagai berikut :
1. Jumlah dan potensi penduduk yang besar
2. Keanekaragaman sosial budaya
3. Keindahan alam dan fauna
4. Konsep wawasan nusantara dalam pengembangan wilayahnya
5. Semangat Sumpah pemuda
6. Memiliki tata karma dan kesopanan yang tidak dimiliki bangsa lain
7. Letak wilayahnya yang sangat strategis dan salah satu keajaiban dunia ada di Indonesia
8. Dipercaya menjadi tuan rumah dari beberapa Konferensi Internasional (Konferensi Asia Afrika, KTT Non Blok, dsb)














Kegiatan Belajar 3 : Pembelajaran Keragaman Sosial Budaya Masyarakat Indonesia
dan Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam kurikulum sangat penting dan strategis, karena tugas dan peran PKn adalah menggariskan komitmen untuk melakukan proses pembangunan karakter bangsa (national and character building)
Secara khusus tujuan PKn adalah dapat mengmbangkan berbagai kompetensi, diantaranya adalah :
1. Kemampuan berpikir rasional, kritis dan kreatif sehingga memahami wacana kewarganegaraan
2. Keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokrasi dan bertanggung jawab
3. Memiliki watak dan kepribadian yang baik sesuai norma yang berlaku
Ruang lingkup PKn juga merupakan bidang kajian multidisipliner yang mencakup berbagai aspek, yaitu :
1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa
2. Norma, hokum dan peraturan
3. Hak asasi manusia
4. Kebutuhan warga Negara
5. Konstitusi Negara
6. Kekuasaan dan politik
7. Pancasila
8. Globalisasi
Model-model pembelajaran yang daya kini mampu mengembangkan ketiga potensi siswa adalah model-model pembelajaran yang interaktif, dalam arti mampu mengaktifkan berbagai potensi yang ada dan dimiliki siswa.
Pembelajaran materi Keanekaragaman sosial budaya dan Kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia “ada sejumlah alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan di kelas. Dalam kegiatan belajar dicontohkan 2 model yaitu model bermain peran (role playing) dan Analisis Kasus.
Udin Saripudin (1997 : 91) menyatakan bahwa bermain peran berarti memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain peran tersebut harus mampu berbuat seperti peran yang dimainkan.
I.G.A.K. Wardani (1997) Keterampilan Dasar yang harus dimiliki guru untuk melaksanakan kegiatan bermain peran adalah keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya dan keterampilan mengelola kelompok kecil.
Rambu-rambu pelaksanaan bermain peran juga diungkapkan oleh I.G.A.K. Wardani (1997) diantaranya :
1. Tiap siswa memerankan peran yang berbeda sehingga penghayatan lebih mantap
2. Jika pemahaman siswa lambat, guru meminta siswa membuat scenario sehingga permainan lebih mudah
3. Guru dapat memodelkan permainan peran, terutama peran yang sukar dihayati
4. Peran yang dimainkan harus sesuai dengan tingkat berpikir dan usia serta pengalaman siswa
5. Penghayatan yang berbeda terhadap peran yang dimainkan, menghasilkan pemecahan masalah yang berbeda pula.




MODUL 5
Materi dan Pembelajaran Pancasila dan UUD Negara Tahun 1945


Kegiatan Belajar 1 : Hakikat dan Fungsi Pancasila
Perumusan dasar Negara Indonesia diawali dengan terbentuknya BPUPKI yang mulai bersidang pada tanggal 29 Mei 1945. Sidang pertama pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 untuk membicarakan dasar Negara Indonesia Merdeka (philosofische grondslag dari Indonesia Merdeka) yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta, yang berisi :
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sidang BPUPKI yang kedua diselenggarakan tanggal 10 – 17 Juli 1945, Piagam Jakarta diterima oleh BPUPKI sebagai pembukaan dari Rancangan Undang-Undang Dasar yang dipersiapkan untuk Negara Indonesia merdeka.
Pancasila dirumuskan oleh BPUPKI, kemudian setelah diadakan beberapa perubahan disahkan sebagai dasar Negara RI oleh PPKI yang telah dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945. Bagi bangsa dan Negara Indonesia, hakikat dari Pancasila yaitu sebagai Pandangan Hidup bangsa dan sebagai Dasar Negara. Pancasila dalam pengertian sebagai pandangan hidup sering juga disebut way of life, pegangan hidup, pedoman hidup, pandangan dunia, petunjuk hidup.
Pancasila dalam pengamalannya sebagi dasar Negara bersifat memaksa (imperatif) artinya mengikat dan memaksa semua warga Negara untuk tunduk pada Pancasila, dan yang melanggar Pancasila harus ditindak sesuai hokum yang berlaku di Indonesia
Notonagoro dalam dardji Darmodiharjo, dkk (1978; 51) mengkaji pembagian Pancasila dalam beberapa nilai, yaitu :
1. Nilai materiil (segala sesuatu yang berguna bagi manusia)
2. Nilai vital (berguna bagi manusia untuk dapat beraktifitas)
3. Nilai kerohanian (berguna bagi rohani manusia)
Kerohanian dibagi menjadi :
a. Nilai kebenaran/ kenyataan yang bersumber pada akal/ rasio manusia
b. Nilai keindahan, yang bersumber pada unsur rasa manusia
c. Nilai kebaikan/ moral yang bersumber pada unsur kehendak/ kemuan manusia
d. Nilai religious yang bersumber pada kepercayaan/ keyakinan mereka


Kegiatan Belajar 2 : UUD Negara RI Tahun 1945 dan Perubahannya (Amandemen)
UUD atau konstitusi sangat penting dimiliki oleh tiap Negara sebagai pembatas kekuasaan penguasa sekaligus sebagai aturan untuk menyelenggrakan pemerintahan Negara.
Simorangkir (1973) yang dikutip Endang Subardjo (1980) berpendapat bahwa UUD (konstitusi) dapat diperoleh dengan cara : (1) Grands (pemberian) atau oktroi, (2)deliberate creation (dibuat dengan sengaja), (3) revolution.
Suatu konstitusi dapat ditinjau dari dua titik pandang jika dilihat dari cara mengubahnya, yaitu :
1. Rigid (kaku) artinya cara mengubhah UUD itu memerlukan cara yang tidak mudah
2. Fleksibel (luwes) artinya cara mengubah UUD tidak sulit atau tidak memerlukan cara yang istimewa.
UUD 1945 meliputi pembukaan, batang tubuh, dan penjelasan yang merupakan satu rangkaian yang tak terpisahkan. Pembukaan UUD 1945 menurut Endang Sudardja A (1980) merupakan Stats fundamental norm (pokok kaidah Negara yang kuat dan tetap serta melekat pada kelangsungan hidup Negara RI.
Konstitusi disetiap Negara mempunyai muatan materi yang berbeda tergantung kepentingan dan kondisi Negara iitu. Sri Soemantri (1987: 51) berpendapat bahwa UUD atau konstitusi terdapat 3 hal pokok, yaitu : 1) adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga Negara, 2) ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu Negara yang bersifat fundamental, 3) adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.
Perubahan konstitusi dapat mencakup 2 pengertian, yaitu :
1. Amandemen Konstitusi (constitutional amandement)
2. Pembaruan Konstitusi (constitutional reform)
C. F. Strong (1960) mengemukakan konstitusi dapat diubah oleh :
a. Kekuasaan legislative, dengan pembatasan tertentu
b. Rakyat melalui referendum
c. Sejumlah Negara bagian (untuk Negara serrikat)
d. Dengan kebiasaan ketatanegaraan
Ismail Suny dapat dengan : a) perubahan resmi, b) penafsiran hokum, c) kebiasaan ketatanegaraan
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya perubahan UUD Negara RI 1945 antara lain sebagai berikut :
a. Susunan ketatanegaraan dalam UUD Negara RI 1945 bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat.
b. UUD 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar pada Presiden yang meliputi kekuasaan eksekutif dan legislative khususnya dalam membentuk UU
c. UUD 1945 mengandung pasal yang terlalu luwes sehingga dapat salah tafsir
d. Kedudukan penjelasan UUD 1945 dianggap mempunyai kekuatan hokum seperti pasal
Menurut Sekjen MPR RI (2005), pembaruan UUD Negara RI 1945 memiliki beberapa tujuan, diantaranya :
1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara dalam mencapai tujuan nasional
2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM agar sesuai
3. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara secara demokratis dan modern
4. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara sesuaii perkembangan zaman.
Dalam perubahan UUD 1945 terdapat 5 kesepakan dasar yang disusun oleh panitiaAd Hoc I, antara lain :
a. Tidak mengubah Pembukaan UUD Negara RI 1945
b. Tetap mempertahankan NKRI
c. Mempertegas sistem pemerintahan presidensial
d. Penjelasan UUD Negara RI 194 yang memuat hal normative dimasukkan dalam pasal-pasal UUD
e. Melakukan pembahasan dengan cara adendum (melekat dengan naskah asli)
Hasil Perubahan terhadap UUD Negara RI 1945 antara lain :
a. Sidang Umum MPR 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999
b. Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000
c. Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1-9 November 2001
d. Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002


Kegiatan Belajar 3 : Pembelajaran Materi Pancasila dan UUD Negara RI 1945
Dalam pembelajaran PKn, guru mampu mengembangkan dimensi pengetahuan kewarganegaraan (Civic Knowledge), keterampilan kewarganegaraan (Civic Skill), dan watak kewarganegaraan (Civic Dispotion). Ciri utama PKn baru tidak menekankan pada mengajar tentang PKn, tapi berorientasi membelajarkan PKn atau upaya ber-PKn atau melaksanakan PKn.
Jacques Delors (1996) mengemukakan 4 dasar belajar siswa yang harus dikembangkan diantaranya yaitu : 1) belajar tahu (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), belajar mengembangkan diri (learning to be).
Dalam pembelajaran PKn dikenal metode pembelajaran VCT (value Clarification Technique/Teknik PengungkapanNilai). Menurut A. Kokasih Djahri (1985) model pembelajaran VCT meliputi : 1) metode percontohan, 2) Analisis Nilai, 3) VCT Daftar/Matriks, 4) VCT kartu keyakinan, 5) VCT teknik wawancara, 6) Teknik Yurisprudensi, 7) inkuiri nilai.
Pola pembelajaran VCT menurut A. Kosasih Djahri (1992) dianggap unggul untuk pembelajaran afektif, karena :
a. Mampu membina dan mepribadikan (personalisasi) nilai moral
b. Mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi pesan nilai moral yang disampaikan
c. Mampu mengklarifikasi dan meniai kualitas nilai moral diri siswa dan nilai moral dalam kehidupan nyata
d. Mampu mengundang potensi afektualnya
e. Mampu memberikan pengalaman belajar
f. Mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan menyubversi berbagai nilai-moral naïf yang ada dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang
g. Menuntun dan memotivasi hidup layak dan bermoral tinggi


MODUL 6
Materi dan Pembelajaran Hak Asasi Manusia


Kegiatan Belajar 1 : Materi Hak Asasi Manusia
Hak dapat diartikan sesuatu yangbenar, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu, atau kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu.Sedangkan “asasi” berarti bersifat dasar, pokok atau fundamental. Sehingga hak asasi manusia adalah hak yang bersifat dasar atau hak pokok yang dimiliki oleh manusia.
Presiden Roosvelt mengemukakan the Four Freedoms (Empat Kebebasan) manusia dalam hidup bermasyarakat, yaitu :
1. Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (Freedom of Speech)
2. Kebebasan beragama (Freedom of Religion/ Worship)
3. Kebebasan dari rasa takut (Freedom from Fear)
4. Kebebasan dari kemelaratan (Freedom from Want)
Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak Asasi Manusia merumuskan bahwa hak asasi manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hokum, pemerintah dann setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Hak Asasi Manusia juga di deklarasikan oleh PBB dalam Universal Declaration of Human Rightstahun 1948 yang diawali oleh :
1. Piagam Magna Charta (1215) dari raja Inggris kepada bangsawan yang membatasi kekuasaan raja dan menghormati hak rakyatnya
2. Piagam Bill of Rights (1689) Undang-Undang dari Parlemen Inggris terhadap Raja James II dalam suatu revolusi tak berdarah
3. Piagam Declaration des droits de I’homme et du citoyen (1789) pernyataan hak manusia dan warga Negara pada permulaan Revolusi Prancis
4. Piagam Bill of Rights (1789)Undang-Undang hak yang disusun rakyat Amerika.
Terdapat 5 Hak Asasi Manusia dalam aspek sipil dan politik yang mendapat pengakuan dari masyarakat dunia, yaitu 1) Kebebasan berbicara, berpendapat dan pers, 2) kebebasan beragama, 3) Kebebasan berkumpul dan berserikat, 4) ha katas perlindungan yang sama di depan hokum, 5) ha katas Pendidikan dan penghidupan yang layak. Sedangkan terdapat 5 Hak Asasi Manusia dalam bidang ekonomi, yaitu : 1) Hak atas pekerjaan, 2) Hak untuk membentuk serikat pekerja, 3) Hakatas jaminan sosial, 4) Hak atas tingkat penghidupan yang layak bagi diri, keluarga, 5) Hakatas Pendidikan


Kegiatan Belajar 2 : Pembelajaran Hak Asasi Manusia
Ada 4 hal yang harus dipersiapkan untuk mengadakan proses pembelajaran, yakni menetapkan tujuan, merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode dan evaluasi.
Rujukan yang dapat digunakan untuk menentukan materi pembelajaran mengacu pada beberapa pertimbangan, yaitu : 1) terjadinya keseimbangan antara pribadi dan Negara, 2) kehidupan moran yang menjunjung tinggi martabat manusia, 3) semangat yang universal, 4) kepekaan terhadap sesame dan lingkungan.
Untuk menerapkan konsep HAM dalam pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri. Banyak langkah pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru untuk mengadakan inkuiri dalam proses pembelajaran HAM, antara lain :
1. Merumuskan tujuan
2. Menyajikan kata-kata (istilah) yang perlu diketahui
3. Menyajikan ide-ide yang perlu dipelajari
4. Memecahkan masalah
5. Menerapkan kemampuan yang telah dikuasai


MODUL 7
Materi dan Pembelajaran Demokrasi


Kegiatan Belajar 1 : Hakikat Demokrasi dan Pilar-pilar Demokrasi Konstitusional
Demokrasi dapat diterjemahkan “rakyat berkuasa” atau government or rule of people (pemerintahan oleh rakyat). Dengan kata lain demokrasi pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung atau tidak langsung (melalui perwakilan) setelah adanya proses pemiliham umum secara LUBER dann JURDIL.
Menurut Alamudi (Ed, 1991) demokrasi adalah seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan, tetapi juga menyangkut seperangkat praktek dan prosedur yang terbentuk melaui sejarah panjang dan sering berliku-liku sehingga demokrasi sering disebut suatu pelembagaan dari kebebasan.
Alamudi (Ed, 1991) mengemukakan soko guru demokrasi sebagai berikut :
1. Kedaulatan rakyat
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
3. Kekuasaan mayoritas
4. Hak-hak minoritas
5. Jaminan hak asasi manusia
6. Pemilihan yang bebas daan jujur
7. Persaamaan di depan hukum
8. Proses hukum yang wajar
9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional
10. Pluralisme sosial, ekonomi dan politik
11. Nilai-nilai toleransi, pragmatism, kerja sama dan mufakat
Budiardjo (1988) mengidentifikasi demokrasi konstitusional sebagai suatu gagasan pemerintahan demokratis yang kekuasaannya terbatas dan pemerintahannya tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang. Demokrasi konstitusional sering juga disebutconstitutional government, limited government, atau restrained government.
Demokrasi konstitusional menurut Immanuel Kant dan F.Julius Stahl (dalam Budiardjo : 1988) ada 4 unsur Rechtsstaat, yakni :
1. Hak-hak Asasi Manusia
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu
3. Pemerintahan berdasarkan praturan-peraturan
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan
Sedangkan menurut Anglo Saxon dan A. V. Dicey mengidentifikasi unsur Rule of Law dalam demokrasi konstitusional adalah :
1. Supremasi aturan-aturan hukum (Supremacy of the Law)
2. Kedudukan yang sama di depan hukum (Equality before the Law)
3. Terjaminnya hak manusia oleh Undang-Undang
Untuk membangun dan menegakkan demokrasi di Indonesia, menurt Sanusi (1999) mengidentifikasi 10 pilar konstitusional Indonesia (The Ten Pilars of Indonesian Constitutional Democracy) yaitu : 1) Ketuhanan Yang Maha Esa, 2) hak Asasi Manusia, 3) Kedaulatan Rakyat, 4) Kecerdasan Rakyat, 5) Pemisahan Kekuasaan Negara, 6) Otonomi Daerah, 7) Seupremasi Hukum (Rule of Law), 8) Peradilan yang bebas, 9) Kesejahteraan Rakyat, 10) Keadilan Sosial.
Faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan dan penegakkan demokrasi konstitusional di suatu negara meliputi faktor pertumbuhan ekonomi, faktor sosial, dan faktor budaya kkewarganegaraan dan akar sejarah.


Kegiatan Belajar 2 :Pembelajaran Materi Demokrasi
Pendidikan demokrasi perlu terus diupayakan dan dilaksanakan melalui proses pembelajaran, baik melalui sekolah (schools based civic education) maupun dalam lingkungan masyarakat (community based civic education).
Untuk mengembangkan pendidikan demokrasi di Indonesia perlu ada paradigm baru yang lebih mengembangkan kecerdasan warga Negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, dan social ; tanggung jawab warga Negara (civic responsibility) ; serta partisipasi warga Negara (civic participation) agar terbentuk warga Negara yang baik.
Proses pendidikan kewarganegaraan kita harus membedakan antara aspek-aspek : pengetahuan (knowledge), sikap dan pendapat (attitudes and opnions), keterampilan partisipasi (participatory skills)
Keberhasilan pembelajaran demokrasi sebagai suatu seni akan ditentukan oleh prinsip-prinsip pembelajaran interaktif model John Dewey, yakni :
1. Menghormati dan penuh perhatian kepada orang lain.
2. Berpikir kreatif
3. Menghasilkan sejumlah solusi tentang masalah-masalah bersama
4. Berusaaha menerapkan solusi-solusi tersebut
Veldhuis (1998) mengemukakan kemampuan dasar sering disebut pula”minimal package” ditentukan oleh : (1) kebutuhan individu untuk memecahkan isu-isu dan masalah sosial dan politik mereka sedang dan akan dihadapi, (2) isu dan masalah yang telah menjadi topik dan agenda publik.
Ada 2 faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pembelajaran demokrasi, antara lain :
1. Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung, meliputi
a. Jenis sekolah
b. Jenis pendidikan orang dewasa
c. Masyarakat tetangga
d. Kelompok kepentingan
e. Partai politik
f. Asosiasi atau perkumpulan di masyarakat
2. Karakteristik sosial, ekonomi dan budaya peserta didik, meliputi :
a. Karakteristik individu (usia dan jenis kelamin)
b. Karakteristik sosial individu, dan status sosial ekonomi (pendapatan, pekerjaan)
c. Karakteristik budaya


MODUL 8
Memahami Materi dan Mampu Membelajarkan Hukum dan Penegakan Hukum


Kegiatan Belajar 1 : Hukum dan Penegakan Hukum
Ditinjau dari sumbernya, hokum digolongkan dan diklarifikasikan menjadi : 1) Hukum undang-undang, 2) Hukum persetujuan, 3) Hukum traktat peranjian antar Negara, 4) Hukum kebiasaan dan hukum adat, 5) Hukum yurisprudensi. Ditinjau dari bentuknya, hukum dapat dibedaakan lebih lanjut dalam (1) hukum tertulis dan (2) hukum tidak tertulis. Ditinjau dari sudut kepentingan diaturnya, hukum dapat digolongkan ke dalam hukumprivat dan hukum public.
Dilihat dari hubungan antara aturan-aturan hukum satu sama lain, dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu (1) hukum seragam dan (2) hukum beraneka ragam.
Penggolongan hukum selanjutnya adalah penggolongan hukum formal dan material. Sedangkan tinjauan dasar dalam suatu cabang hukum diutamakan tentang keharusan/ larangan ataukah tentang sanksinya maka dapat dibedakan (a) Hukum kaidah(normenrecht) dan (b) Hukum sanksi (sanctienrecht)
Konsep-konsep penting berkenaan dengan peraturan hukum meliputi norma, sanksi, delik (tindak pidana), kewajiban dan hak hukum, dan tanggung jawab.
Dalam ilmu pengetahuan hukum pidana, dikenal beberapa macam jenis delik (Lamintang;1984), antara lain : 1) Delik formal, 2) Delik material, 3) Delik komisi, 4) Delik omisi, 5) Delik kesengajaan, 6) Delik kelalaian, 7) Delik aduan, 8) Delik biasa, 9) Delik biasa, 10) Delik khusus.
Kewajiban hukum bukan sesuatu yang terpisah dari norma hukum. Perbuatan yang berlawanan dengan perbuatan yang merupakan kondisi dari sanksi (delik) adalah kewajiban untuk menghindari delik adalah kewajiban untuk mematuhi norma hukum. Konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah tanggung jawab hukum.
Dalam teori tradisional dibedakan 2 jenis tanggung jawab, yaitu
1. Tanggung jawab absolut, yaitu menghubungkan sanksi dengan perbuatan tanpa memperhitungkan antara keadaan jiwa si pelaku dengan akibat dari perbuatannya.
2. Tanggung jawab atas dasar kesalahan., yaitu tanggung jawab hukum atas suatu sanksi dari suatu perbuatan melawan hukum dengan menghubungkan antara jiwa si pelaku dengan akibat dari perbuatannya.
Orang lazim membuat perbedaan di antara 2 macam hak, yaitu (1) just in rem, yaitu hak aas suatu barang, dan (2) just in personal, yaitu hak untuk menuntut seseorang agar berbuat menurut suatu cara tertentu, yakni hak atas perbuatan seseorang lainnya.
Untuk menjalankan hukum sebagaimana mestinya, maka dibentuk lembaga penegakan hukum (law enforces) antara lain Kepolisian, yang berfungsi utama sebagai lembaga penyidk; Kejaksaan; yang fungsi utamanya sebagai lembaga penuntut; Kehakiman yang berfungsi sebagai lembaga pemutus/pengadilan; Lembaga Penasihat atau bantuan hukum.
Dalam upaya penegakan hukum dan keadilan serta kebenaran, hakim dberi kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan. Artinya hakim tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan-kekuasaan lain dalam memutuskan perkara.
Penyelesaian perbbuatan yang melawan hukum, dapat dilakukan dalam berbagai badan peradilan sesuai dengan masalah dan pelakunya. Dalam Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman ditegaskanbahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh badan pengadilan dalam 4 lingkungan, yaitu 1) Peradilan Umum, 2) Peradilan Agama, 3) Peradilan Militer, 4) Peradilan tata Usaha Negara


Kegiatan Belajar 2 : Pembelajaran Materi Hukum dan Penegakan Hukum
Pendidikan hukum merupakan upaya penanaman kesadaran akan norma tingkah laku dalam masyarakat, dipandang sangat strategis untuk diberikan kepada seluruh jenis dan jenajng pendidikan sekolah.
Tujuan utama dari pendidikan hukum seperti dikemukakan Bank (1977: 258-258) adalah untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk memproleh hak-hak hukumnya secara maksimum dalam masyarakat. Di samping itu, setiap warga Negara memikul tanggung jawab atas terciptanya sistem hukum yang bekerja secara efektif dan adil.
Center for Civic Education (CCE) dalam National Standards for Civics and Government (1997) mengembangkan bahan ajar yang berkaitan dengan pendidikan hukum, antara lain :
(1) fungsi dan tujuan dari peraturan dan hukum, (2) kedudukan hukum dalam sistem pemerintahan konstitusional, (3) perlindungan hukum terhadap hak-hak individu, (4) kriteria untuk mengevaluasi peraturan dan hukum, (5) hak warga Negara, (6) tanggung jawab warga Negara.
MODUL 9
Materi dan pembelajaran Komunikasi Sosial Budaya Indonesia dan Karakter WNI Baru
Kegiatan Belajar 1 : Karakter Warga Negara Baru Indonesia
Pada dasarnya, inti manusia antarbudaya adalah warga Negara Indonesia yang :
1. Memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang tidak terbatas pada budaya tertentu.
2. Dapat hidup dalam masyarakat mejemuk yang memiliki keragaman budaya
3. Menghargai dan menghormati budaya yang beraneka ragam
Milton J. Bennet (Deddy, M. Ed, 2000) menjelaskan tentang pentingnyasimpati dan empati sebagai karakteristik warga Negara:
1. Simpati, yaitu menempatkan diri secara imajinatif dalam posisi orang lain.
2. Empati, yaitu partisipasi emosional dan intelektual secara imajinatif pada pengalaman orang lain.
3. Good governance, yaitu kepedulian warga Negara terhadap keberhasilan pemerintah dalam menciptakan pemerintahan yang besih dan berwibawa.
Karakteristik good governance seperti :
a. Partisipasi, yaitu warga Negara berhak terlibat dalam pengambilan keputusan baik langsung taupun melalui perwakilan.
b. Penegakan The rule of law, yaitu penegakan hukum yang kuat
c. Transparansi, yaitu keterbukaan pemerintah terhadap warga Negara
d. Akuntabilitas, yaitu pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat
e. Fairness (keadilan), yaitu bentuk keadilan yang menyangkut moralitas
f. Responsibilitas, yaitu pertanggungjawaban pada etika korporasi, professional, dan manajerial
g. Responsivitas, yaitu tingkat inovativitas korporasi pada keluhan internal dan eksternal
h. Konsensus, yaitu pengambilan keputusan melalui proses musyawarah dan semaksimal mungkin berdasarkan keputusan bersama
i. Efektivitas dan efisiensi, yaitu menjangkau sebesarnya kepentingan rakyat dan biaya memenuhi kebutuhan semua masyarakat.
Dede Rosada,dkk mengemukakan daya dukung untuk mewujudkan good governance, yaitu :
1. Penguatan fungsi dan peran Lembaga Perwakilan
2. Kemandirian Lembaga perwakilan
3. Aparatur pemerintah yang professional dan penuh integritas
4. Masyarakat madani yang kuat dan partisipasi
5. Otonomi daerah harus dilaksankaan seefektif mungkin sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik
Kegiatan belajar 2 : Pembelajaran Materi Komunikasi Antar Sosial Budaya
Multikulturalisme menunjuk kepada masyarakat yang ebraneka ragam, yang terdiri dari berbagai golongan, seperti etnis, agama, bahasa adat istiadat dan budaya. Pendidikan multicultural merupakan sistem pendidikan yang sangat tepat dan memberikan kesempatan semua orang.
Pendidikan multikulturan dirancang untuk menanggulangi permasalahan yang berkaitan kesalahpahaman antar budaya dan konflik sosial budaya yang disebabkan keragaman masyarakat, sehingga perlu diambil langkah-langkah mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan konflik dan benturan antar budaya.
Pendidikan multicultural memberikan pengetahuan dan wawasan serta pengalaman komunikasi antar sosial budaya melalui mata pelajaran PKn. Pembelajaran harus kreatif dengan variasi metode dan pendekatan multikulturalisme yang memberikan perhatian terhadap keberagaman.